Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah - Indonesia 74459

Senin, 15 Februari 2021

Pesona Bukit Bangapan Desa Batu Tukan, Petak Malai

www.bambofoundation.org, Petak Malai – Keindahan panorama alam, ragam jenis pepohonan, pesona anggrek spesies dan variasi jenis serangga di Bukit Bengapan atau  Bangapan desa Batu Tukan Kecamatan Petak Malai  merupakan potensi wisata alam yang sayang jika tidak dikelola dan dikembangkan. 

spot foto bukit bengapan

Bukit Bengapan, adalah salah satu di antara beberapa bukit yang terletak di Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan. Tempat ini selain memiliki puncak dengan pemandangan alam yang indah juga kerap digunakan untuk keperluan gelar ritual adat masyarakat setempat.  Karenanya bagi masyarakat sekitar Bukit Bengapan sudah sangat familiar.

Bukit Bengapan

Untuk menuju lokasi kita bisa menggunakan transportasi darat  dari Kasongan, Ibu kota Katingan menuju Desa Batu Tukan dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam.  Rutenya yakni, Kasongan-Tumbang  Kaman- Tumbang Manggu-Batu Tukan atau bisa juga start dari Tumbang Samba - Tumbang Kaman - Tumbang Manggu - Batu Tukan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Untuk diketahui, setelah Tumbang Kaman, kendaraan akan melewati jalan tidak beraspal milik perusahaan HPH (kayu). Untuk itu jika belum terbiasa disarankan menggunakan kendaraan dobel gardan dan supir yang sudah mengenal medan dengan baik atau menggunakan "taksi" lokal.

Objek wisata di Katingan

Di desa Batu Tukan, setelah melapor ke kepala desa atau tokoh masyarakat setempat perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan air  berupa perahu ces, kelotok atau alkon. Ketiga mode transportasi ini sama-sama perahu bermesin namun beda ukuran dan jenis mesin saja. 

Objek Wisata Bukit Bangapan

Waktu tempuh menggunakan transportasi air dari desa Batu Tukan ke kaki bukit Bengapan kurang lebih 10-15 menit, selanjutnya perjalanan menuju puncak bukit dilanjutkan dengan berjalan kaki. Waktu tempuh sampai ke puncak bervariasi, tergantung seberapa sering mengambil jeda istirahat. Umumnya, rata-rata untuk mencapai puncak adalah 45 menit hingga 1 jam.

Meski harus melalui medan yang cukup sulit namun mereka yang pernah mendaki bukit ini mengaku puas dengan sajian panorama alam puncak Bukit Bengapan. Selain bisa melihat desa terdekat, dari atas puncak kita juga bisa melihat bukit lain seperti Bukit Tandu dan deretan pegunungan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.

Di kawasan ini juga terdapat sebuah kolam mata air. Sebelum pulang biasanya para pengunjung  menyempatkan diri untuk mampir di kolam “Telaga antang patahu”  untuk sekedar mencuci muka atau menyimpannya dibotol untuk dibawa pulang. Air telaga ini unik karena berwarna merah bata. Sebagian masyarakat percaya air ini memiliki khasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit. 

Share:

Minggu, 07 Februari 2021

Tanam tiga dari empat varietas rambutan asal kalimantan

www.bambofoundation.org - Perlahan dan pantang menyerah, upaya mewujudkan mimpi memiliki kebun buah dan tanaman langka khususnya yang tumbuh di Kalimantan terus dilakukan. Mengawali tahun 2021, Bambo Foundation melalui program Peduli Jantung Borneo (PJB) mendapatkan berkah dengan hadirnya kurang lebih 45 bibit rambutan hasil cangkok yang siap tanam di lahan baru sekaligus menyulam bibit yang mati pada kegiatan penanaman sebelumnya. 

Empat Varietas rambutan kalimantan

Tidak hanya rambutan, ada jambu kristal, sawo, durian, jambu bol, dan lengkeng yang jika ditotal jumlahnya sekitar 70-an.  Bibit-bibit ini dipesan dari penjual bibit keliling yang berasal dari kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Adalah Iwan penjual bibit yang sudah sekian tahun menjajakan berbagai bibit buah hasil perbanyakan vegetatif baik cangkok, okulasi, ataupun sambung pucuk di area Kasongan, Tumbang Samba, Hingga Tumbang Senamang. 

Tidak main-main, perjalanan panjang Iwan dari Kapuas menuju Desa Tumbang Baraoi sendiri membutuhkan waktu kurang lebih tiga hari dengan menempuh jarak lebih dari 300 km. Iwan bercerita, Ia harus beberapa kali singgah dan menginap karena cuaca yang kurang bersahabat di musim penghujan. Namun tuturnya musim seperti ini tidak sepenuhnya berdampak negatif sebab penjualan bibit buah cenderung lebih tinggi di musim penghujan dibanding pada musim kemarau. 

Bibit buah yang paling laris manis dibeli masyarakat ungkapnya adalah jenis rambutan. Iwan membawa tiga dari empat varietas rambutan unggul asal Kalimantan Selatan yang sudah mendapat pengakuan yakni "Si Batuk Ganal" atau biasa dikenal Rambutan Batuk, Rambutan Garuda dan Rambutan Antalagi. Harganya bervariasi, untuk pengantaran sampai di Desa Tumbang Baraoi misalnya, harga bibit rambutan berkisar Rp 25 ribu - Rp 35 ribu. Sedangkan bibit yang lain semisal lengkeng, dan jambu kristal di kisaran Rp 70 ribu, dan yang termahal bibit durian di kisaran Rp 100-150 ribu tergantung jenis atau varietasnya. 

Rambutan Antalagi adalah yang paling banyak di antara bibit hasil cangkok yang kami borong, di ikuti varietas Batuk dan terakhir Garuda yang hanya tersisa sekitar enam tanaman. Keputusan untuk membeli seluruh bibit rambutan ini karena beberapa pertimbangan di antaranya perawatan yang relatif lebih mudah, daya adaptif yang tinggi, serta harganya yang relatif terjangkau. 

Sebagaimana diungkapkan oleh BMKG pada Oktober 2020 lalu, diprediksi hingga Mei 2021 Indonesia akan mendapatkan pengaruh fenomena La Nina, di mana Indonesia akan mengalami "kemarau basah" yakni meningkatnya curah hujan yang dapat mencapai 40% dari biasanya. Anomali ini memang harus diwaspadai karena untuk beberapa wilayah rawan bencana banjir dan longsong, namun fenomena ini juga memiliki sisi positif yakni dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan upaya perluasan pertanian khususnya untuk daerah kering. Ayo manfaatkan momen ini untuk menanam pohon #1day1tree 


Share:

Sabtu, 05 Desember 2020

Kembali Tanam Puluhan Buah Lokal di Hari Tanam Pohon

www.bambofoundation.org- Yayasan Baraoi Mutiara Borneo atau yang biasa disingkat Bambo Foundation bersama relawan kembali menanam puluhan bibit buah lokal di Lokasi Miniatur Kebun Buah dan Tumbuhan Langka, Jl. Batu Tumbung Desa Tumbang Baraoi Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan Sabtu 28 November 2020.

Hari tanam pohon 2020


Peduli Jantung Borneo


Kegiatan yayasan baraoi mutiara borneo

Masih dilokasi yang sama, kegiatan tanam pohon ini merupakan yang kedua kalinya setelah penanam pertama yang dilaksanakan bertepatan dengan kegiatan Kemah Bakti Literasi, Agustus 2019 lalu. 

Tanam pohon katingan

Puluhan buah-buahan lokal yang ditanam beberapa di antaranya sudah terbilang langka dan sulit di jumpai. Jenis-jenis buah lokal yang ditanam kesemuanya merupakan hasil pembibitan sendiri yang berasal dari semai biji. Adapun untuk mendapatkan biji buah-buahan ini Bambo Foundation tidak hanya mengumpulkan  dari desa Tumbang Baraoi saja  tetapi juga dari desa-desa lain di wilayah Petak Malai seperti desa Tumbang Jala, Batu Tukan dan Dusun Tumbang Papi. 

cara jadi relan kegiatan lingkungan

kebun buah di katingan

Spesies tumbuhan lokal tersebut antara lain Durian (Durio zibethinus), Paken (Durio kutejensis), Durian Kerai/ Durian Gundul (Durio sp), Belimbing Darah/ Umbing (Baccaurea angulata), Asam Pangi (Mangifera pajang), Asam putar (Mangifera torquenda), Kapul (Baccaurea macrocarpa), Buah Bahkau (Aglaia sp), Tenggaring/ maritam (Nephelium ramboutan-ake), Siwau (Nephelium sp),  serta beberapa buah-buahan umum seperti Manggis, Langsat, Jambu Biji, Mangga, Kweni, Cempedak dan Rambutan. 

kegiatan peduli jantung borneo

jenis buah langka di katingan

Meski jumlahnya tidak seberapa, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya generasi muda untuk dapat turut andil dan berkontribusi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. 

Share:

Kamis, 19 November 2020

Tractor Millipede, Si "Punggung Datar" dari Hutan Borneo

www.bambofoundation.org- Tractor Millipede adalah satu sekitar 5000 jenis bangsa (ordo) Polydesmida yang hidup di bumi. Dengan angka yang fantastis tersebut Polydesmida diyakini sebagai ordo kaki seribu paling banyak spesies atau jenisnya. 

Traktor Millipede

Tractor Millipede sendiri sejatinya bukan menunjuk pada satu jenis melainkan nama yang umum digunakan untuk kelompok kaki seribu berpunggung datar. Polydesma umumnya tidak memiliki mata, sebagai gantinya mereka memiliki semacam "antena" untuk mengindera segala sesuatu yang ada disekitar mereka seperti makanan maupun potensi ancaman.

Di sepanjang tubuh mereka banyak terdapat pori atau lubang yang menghasilkan hidrosianida (HCN), asam format (asam semut) atau zat lain yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri. Sebagian spesies melepaskan zat tersebut secara perlahan, namun diyakini sebagian lain dapat menyemprotkannya.

Hewan unik ini masih cukup sering di jumpai di hutan-hutan Kalimantan baik Hutan Lindung maupun hutan sekunder tidak terkecuali di sekitar pemukiman penduduk yang tinggal berdekatan dengan hutan. Di alam ia memakan tanaman hidup maupun yang telah membusuk dan dapat berpotensi menjadi hama karena memakan pucuk dan daun tanaman budidaya seperti tanaman hias dan sayur-sayuran. 

Tempat tinggal atau habitat yang umum adalah serasah atau tumpukan daun, bebatuan, sekitar pohon yang telah lapuk atau bahkan kulit kayu yang masih hidup. 

Data atau referensi tentang traktor milipede sendiri masih terbilang sedikit. Bahkan menurut beberapa sumber, masih banyak yang belum teridentifikasi. Ini tentunya menjadi peluang dan kesempatan yang baik bagi peneliti-peneliti dan ahli biologi khususnya Indonesia untuk dapat memberikan sumbangsihnya dalam mendeskripsikan dan memberi nama jenis-jenis yang belum teridentifikasi tersebut. 

Karena proses identifikasi tentunya membutuhkan keahlian dan waktu yang tidak singkat, maka kita wajib menjaga kelestarian hewan-hewan ini dengan cara menjaga hutan dan habitatnya. Agar hutan dan segala isinya tidak hanya tinggal cerita tetapi menjadi penyelamat umat manusia.

Share:

Minggu, 16 Agustus 2020

Mengenal Kalajengking Kayu Kerdil Liocheles australasiae

Bambo Foundation - Berbicara flora dan fauna Borneo memang tidak pernah habisnya, karena demikian banyaknya tidak sedikit hewan atau tumbuhan yang sebenarnya ada disekitar namun tidak atau belum kita ketahui. Nah untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga kita bisa lebih bijak dan peduli akan kelestarian lingkungan, kali ini kami akan mengajak kalian berkenalan dengan salah satu hewan yang tergolong kelas Arachnida dari bangsa Scorpiones atau kalajengking.

Makanan kalajengking di alam
Gambar Kalajengking Kayu Kerdil (Liocheles australasiae)
Jenis kelejengking yang hidup di bumi diperkirakan setidaknya ada 2000 jenis. Sekitar 30-40 jenis memiliki racun yang dapat membunuh manusia. Racun kalajengking pada umumnya tergolong racun saraf atau neurotoxin walaupun ada juga yang bersifat sitoksik atau racun sel. Fungsi racun ini umumnya adalah untuk melumpuhkan mangsanya agar mudah "dimakan". 

Di antara ribuan jenis kalajengking, salah satunya adalah Liocheles australasiae atau dikenal juga dengan kalajengking kayu kerdil. 

Karakteristik Umum
Kalajengking ini termasuk spesies yang berukuran kecil karena  hanya memiliki panjang tubuh dewasa sekitar 2-3 cm. Tubuhnya relatif pipih dengan sengat bagian ekor cenderung kecil dan kurang berkembang. Di duga hal ini karena penyesuaian habitatnya dan kebiasaanya yang suka berada dicelah-celah sempit kayu dan batu. Warna tubuhnya cenderung coklat. 

Habitat
Meski tidak jarang ditemukan di permukaan tanah, celah-celah kayu atau batu di lantai hutan, arthropoda kecil ini sangat lihai memanjat dan sering di jumpai dicelah-celah antara pelepah pohon kelapa (Cocos nucifera) atau pohon Rumbia (Metroxylon sagu) karenanya ia diklasifikasikan sebagai hewan arboreal. 

Makanan
Mangsa Kalajengking Kayu Kerdil ini umumnya adalah laba-laba kecil, dan atau serangga kecil lainnya yang tidak terlalu gesit untuk ditangkap. Sepasang capit berfungsi untuk menangkap atau memegang mangsa yang berada dalam jangkauan. Cara makan kalajengking kayu kerdil tidak dengan mengunyah tetapi dengan menghisap cairan tubuh mangsanya. 

Pertahanan
Meskipun tidak berbahaya bagi manusia, pilihan bijak adalah dengan tidak mengganggunya. Liocheles australasiae umumnya lebih memilih lari jika terancam dan dalam keadaan benar-benar terdesak, terkadang ia akan menunjukan perilaku berpura-pura mati untuk mencegah predator memakannya. Tubuhnya yang relatif pipih dengan metasoma yang bisa dilipat kesamping adalah sebuah keuntungan baginya untuk mendiami celah-celah sempit sehingga terhindar dari predator sekaligus menjadi tempat yang tepat untuk berburu mangsa serangga kecil.

Liocheles australasiae (Kalajengking Kayu Kerdil) dapat di jumpai di India, Bangladesh, Kepulauan Yaeyama (Jepang), Cina, Korea, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, Kepulauan Mariana, Australia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Fiji, Tonga, Samoa dan Polinesia Prancis. Di Indonesia hewan mungil ini juga tersebar luas termasuk di hutan-hutan Kalimantan dan tidak jarang juga ditemui di sekitar pemukiman penduduk.  

Share:

Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah- Indonesia 74459