Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah - Indonesia 74459

Senin, 03 Januari 2022

Uniknya Hewan krepuskular yang aktif diwaktu peralihan siang-malam

www.bambofoundation.org - Istilah diurnal untuk hewan yang aktif pada siang hari dan nokturnal bagi hewan yang aktif dimalam hari mungkin sudah cukup familiar, contoh hewan-hewan di urnal misalnya ayam, beberapa jenis burung, dan mamalia yang aktif di siang hari, sedangkan contoh hewan nokturnal misalnya tikus, kelelawar, burung hantu, dan tikus bulan (moon rat) seperti pada gambar. Namun selain dua istilah tersebut masih ada kelompok hewan yang ternyata cenderung beraktivitas di waktu peralihan yakni antara siang dan malam atau ketika cahaya remang-remang. Waktu peralihan ini tidak hanya mencakup pergantian antara siang dan malam tetapi juga dini hari. Kelompok hewan tersebut dikatagorikan hewan krepuskular. 

Contoh hewan nokturnal

Hewan Krepaskular adalah hewan yang aktifitas utamanya berlangsung pada kondisi cahaya remang-remang termasuk cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan pada malam hari. Walaupun aktivitasnya pada cahaya remang-remang pada sebagian jenis hewan tersebut hanya aktif pada senja hari, dan sebagian lagi aktif hanya pada dini hari. Contohnya spesies matutinal (atau "matinal") adalah hewan yang aktif secara signifikan pada waktu dini hari sedangkan "vespertine" merupakan hewan-hewan yang aktifitasnya dominan ketika senja hari saja.

Contoh hewan krepaskular misalnya untuk mamalia adalah sigung, hamster, kucing liar, tikus, musang dan mencit sedangkan untuk contoh serangga yang tergolong krepaskular sebenarnya ada banyak sekali namun yang cukup populer misalnya seperti kunang-kunang, ngengat dan beberapa jenis kumbang tertentu. 

Bagi hewan mangsa penyebab hewan-hewan tersebut lebih aktif pada waktu peralihan di antaranya adalah untuk menghindari predator atau pemangsa. Sedangkan bagi beberapa jenis spesies tertentu yang mangsanya adalah hewan krepaskular mungkin akibat dorongan insting mendapatkan makanan.

Tidak hanya berkaitan dengan pemangsa, adanya kecenderungan suatu spesies menjadi krepaskular nampaknya juga berkaitan dengan faktor lingkungan seperti cuaca ekstrim misalnya di daerah gurun. Beberapa jenis kadal dan ular hanya keluar pada waktu-waktu peralihan untuk menghindari cuaca yang sangat ekstrim di kawasan tersebut. 



Share:

Minggu, 07 November 2021

Workshop Karya Tulis Ilmiah Kecamatan Petak Malai

www.bambofoundation.org – Kegiatan Workshop Karya Tulis Ilmiah  (KTI) yang digelar Bapelitbang Kabupaten Katingan 4-5 November 2021 di Aula Merah Putih, Desa Tumbang Baraoi disambut antusias. 

Workshop Karya Tulis Ilmiah Petak Malai

Di buka oleh Camat Petak Malai, acara yang di ikuti oleh puluhan ASN, perwakilan masyarakat dan siswa-siswi Sekolah Menengah ini berjalan dengan tertib dan lancar. 

Menghadirkan narasasumber Widyaswara BPSDM  Prov Kalteng, peserta berhasil mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru seputar penulisan Karya Tulis Ilmiah yang dapat berbentuk laporan, makalah, prosiding, kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi. 

DR Stepanus, S. Hut, M. Pd (Widyaswara BPDSM Prov Kalteng) sukses mengubah mindset para peserta yang selama ini beranggapan penulisan KTI yang rumit menjadi simpel. Menurutnya untuk dapat menjadi penulis yang terpenting adalah kemauan. Untuk menyusun sebuah KTI yang terpenting adalah menentukan tema, kemudian mulai menulis tidak usah terpaku pada berbagai aturan atau sistematika, karena itu akan membuat banyak calon penulis patah arang alias mundur sebelum berperang.

“Sistematika atau kaidah penulisan memang penting, tetapi jangan sampai karena ketidaktahuan menghalangi niat kita untuk menulis. Jadi mulailah menulis ide-ide dan gagasan tanpa takut salah, lalu kembangkankanlah menjadi sebuah outline”, ujarnya saat memaparkan materi. 

Perbedaan workshop dengan seminar-seminar biasa adalah adanya hasil atau produk yang dihasilkan setelah kegiatan, sedangkan pada seminar hanya sebatas penyampaian materi tertentu. Untuk itu panitia kegiatan telah menyiapkan 6 trofi untuk 6 karya tulis ilmiah terbaik yang akan dinilai pada hari kedua kegiatan. 

Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) yang juga tidak mau ketinggalan berhasil merangkumkan dua KTI  untuk diserahkan dan dinilai pada hari terakhir kegiatan.  Dua tema yang diangkat adalah tentang Konservasi dengan Judul “Upaya Konservasi Buah Lokal Khas Kalimantan Tengah di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum” dan tentang Literasi dengan Judul “Pemanfaatan Kantong Buku untuk meningkatkan kemampuan literasi anak di Hulu Sungai Samba”. Dua tema dipilih dari dua program Bambo Foundation yakni Peduli Jantung Borneo  dan Taman Baca Baraoi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016 dan berlangsung hingga sekarang. 

Kendati menurut informasi Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang terpilih dan lolos seleksi akan dimuat pada buletin Bapelitbang Kabupaten Katingan, tujuan utama Bambo Foundation mengikuti kegiatan workshop ini sejatinya adalah untuk menggali pengetahuan seputar penulisan KTI, sehingga Bambo Foundation dapat memberikan kontribusi yang lebih luas bagi masyarakat terutama melalui tulisan-tulisan khususnya Karya Tulis Ilmiah. 

Disampaikan oleh tim juri, Kecamatan Petak Malai adalah kecamatan pertama dari 12 kecamatan  yang telah menyelanggarakan workshop KTI dari total 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Katingan, di mana seluruh hasil karya tulis pesertanya telah memenuhi aspek Karya Tulis Ilmiah. Fakta ini adalah sebuah prestasi sekaligus membuktikan bahwa persaingan untuk meraih predikat 6  Karya Tulis Ilmiah terbaik di antara peserta workshop Kecamatan Petak Malai cukup ketat. 

Alhamdulillah dari dua judul yang dikirimkan Bambo Foundation, KTI dengan judul “Upaya Konservasi Buah Lokal Khas Kalimantan Tengah di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum” berhasil mendapatkan predikat ke 3. Tentu saja berdasarkan review singkat juri, KTI ini masih perlu banyak perbaikan dan penguatan. Semoga raihan ini dapat menjadi semangat dan motivasi untuk dapat menghasilkan karya-karya tulis ilmiah lainnya di masa mendatang.


Share:

Selasa, 19 Oktober 2021

Cantik dan "Showy" Ala Bulbophyllum odoratum

www.bambofoundation.org - Indonesia memiliki ragam jenis anggrek spesies yang diperkirakan lebih dari 4000 jenis memiliki keunikan dan daya tarik berbeda satu sama lain. Spesies ini tersebar di berbagai pulau mulai dari daerah paling timur hingga paling barat. Tidak hanya di dataran tinggi tetapi juga menghuni hingga hutan-hutan di pesisir pantai. Kekayaan alam yang merupakan "Mutiara" berharga ini adalah aset bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan agar dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan bijak untuk kemaslahatan umat manusia khususnya masyarakat Indonesia. 

Bublophyllum odoratum

Kecamatan Petak Malai sebagai salah satu daerah yang masih memiliki hutan primer dan sekunder yang berada di Jantung Pulau Kalimantan juga tak kalah penting menyimpan keragaman spesies anggrek alam, salah satunya adalah anggrek dari Genus Bulbophyllum yaitu Bublophyllum odoratum

Anggrek Bublophyllum odoratum merupakan tipe anggrek epifit atau biasa hidup menumpang pada tumbuhan inang namun tidak bersifat merugikan tumbuhan yang ditumpanginya. Berdasarkan lokasi penemuan Di Desa Tumbang Baraoi, anggrek ini ditemukan menempel pada pohon durian. Agaknya menyukai tempat yang sedikit terbuka namun dengan intensitas cahaya matahari yang tidak penuh atau masih berada dalam naungan. 

Perawakan Bublophyllum odoratum  cenderung pendek dan tumbuh horizontal atau "merambat" dengan daun berbentuk bulat memanjang dan agak berlilin. Bunga berbentuk kecil-kecil dan berada pada tangkai yang panjangnya dapat mencapai 30 cm atau lebih. Bunga majemuk pada bagian ujung tampak berwarna kuning atau jingga dan berangsur-angsur berwarna lebih putih mendekati pangkal tangkai. Bunga yang beraroma cukup harum mekar sekitar bulan mei dan mampu bertahan hingga kurang lebih seminggu. 


Share:

Sabtu, 16 Oktober 2021

Targetkan Selesai Sebelum Akhir Tahun

www.bambofoundation.org - Pembangunan Pondok Kerja Yayasan Baraoi Mutiara Borneo atau yang biasa disingkat Bambo Foundation yang sempat terhenti karena terkendala kurangnya material akhirnya kembali di lanjutkan, Rabu (6/10/2021). 

Pondok Kerja Bambo Foundation

Bangunan dengan luas 5,5 m x 4 meter yang sebelumnya telah dikerjakan sampai tahap rangka pokok dilanjutkan pada tahap pemasangan atap. Untuk mengakomodir bangunan dengan luas  22 meter persegi ini diperlukan sebanyak kurang lebih 27 lembar seng. Sayangnya pemasangan atap masih terkendala kekurangan bahan sebanyak 6 lembar. Rencananya pemasangan sisa atap akan di lanjutkan sekaligus dengan pemasangan lantai dan dinding. 

Untuk menekan biaya pengerjaan, pondok ini diarsiteki dan di tukangi langsung oleh Eko Ardinatha dibantu Muhamamad Jumani dan beberapa relawan.  

Pembangunan Pondok Kerja

Sayangnya bahan material untuk lantai yang direncanakan akan menggunakan papan jenis Banuas masih belum tersedia lantaran terkendala dana, sedangkan material untuk dinding berupa papan jenis meranti sudah dibeli menggunakan dana hasil swadaya serta donasi dari masyarakat dan saat ini sedang dalam tahap "moulding". 

Pondok Kerja yang dibangun di areal Taman Biodiversitas Suluh Pambelum merupakan salah satu sarana penting untuk mendukung kegiatan Yayasan Bambo terutama dalam mengembangkan kawasan taman. Pembangunan infrastruktur ini merupakan salah satu prioritas kerja di tahun pertama dari target pengembangan taman dalam tiga tahun kedepan. 

Taman Suluh Pambelum


"Alhamdulillah beberapa waktu lalu kami dapat donasi untuk membeli sisa kekurangan atap, mudahan-mudahan dalam waktu dekat ada orang-orang baik yang kembali berdonasi untuk membeli material papan untuk keperluan lantai", ujar Muhammad. 

Kendati terkendala finansial, Muhammad Jumani pendiri Bambo Foundation optimis akan dapat menyelesaikan Pondok Kerja sebelum akhir tahun 2021 ini. Meskipun ia tidak menampik progres ini tidak akan mudah lantaran biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Diakuinya saat ini progres penggalangan dana melalui Kitabisa.com masih sangat minim sehingga selain mengandalkan kantong pribadi juga sangat bergantung dari donasi masyarakat dan orang-orang sekitar yang peduli terhadap upaya plestarian lingkungan. 




Share:

Sabtu, 09 Oktober 2021

Jamur Tudung Pengantin, Jamur Unik Di Taman Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org-  Diperkirakan ada jutaan jenis jamur yang tersebar di seluruh dunia baik yang tergolong jamur mikroskopis (berukuran kecil) maupun makroskopis (berukuran relatif besar) yang umumnya dapat langsung di amati tanpa perlu alat bantu. Jamur memiliki bentuk, warna, habitat, dan cara hidup yang beragam.

Jamur Tudung Pengantin

Dalam sistem klasifikasi, jamur dibedakan dari tumbuhan karena tidak memiliki klorofil. Beberapa hal yang membedakan jamur dengan tumbuhan antara lain sebagai berikut :

  1. Tidak memiliki klorofil (zat hijau daun berguna dalam proses fotosintesis).
  2. Berkembang biak dengan spora.
  3. Komposisi dinding sel yang berbeda (dinding sel jamur umumnya tersusun atas zat kitin, sedangkan tumbuhan terdiri atas selulosa).
  4. Tidak memiliki akar, batang, cabang, dan daun.
  5. Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti tumbuhan.
Oleh karena itulah Jamur dikelompokan kedalam kerajaan (Kingdom) tersendiri yaitu Fungi. 

Di antara puluhan ribu jenis jamur yang telah diketahui, ada satu yang cukup unik dan telah tercatat pernah tumbuh di sekitar kawasan Taman Biodiversitas Suluh Pambelum, Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Jenis jamur ini dikenal dengan nama Jamur Tudung Pengantin (Phallus indusiatus). 

Keunikan Jamur Tudung Pengantin (Phallus indusiatus) terutama terletak pada bagian seperti jaring yang seolah-olah menyelimuti atau melindungi bagian "batang" jamur. Penamaan jamur ini nampaknya tidak lepas dari bentuk jaring yang dipersespikan mirip tudung pada pengantin wanita ini. Warnanya dapat berupa putih ataum krim, kuning hingga jingga seperti yang  jumpai di Taman Suluh Pambelum. 

Di beberapa daerah khususnya Kalimantan jamur ini juga diberi nama Jamur Kelambu Kuyang. Kuyang adalah semacam makhluk gaib dengan perwujudan kepala manusia yang masih lengkap dengan organ dalam seperti jantung, paru, paru, hati, lambung dan usus namun tanpa dibungkus badan atau anggota gerak badan. Karenanya dahulu jamur ini dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk didekati. 

Dilansir dari wikipedia, selain unik jamur ini ternyata memiliki kegunaan sebagai contoh di Negara Cina misalnya, jamur ini dimanfaatkan untuk memberi khasiat pada mata dan sistem kardiovaskular karena mengandung 7 asam amino esensial, 12 ion logam penting, dan tinggi vitamin E. Tidak hanya itu jamur yang termasuk kedalam divisi Basidiomycota ini juga dapat digunakan sebagai antibakteria, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, dan lain-lain. 

Klasifikasi jamur 

Kerajaan Fungi
Divisi Basidiomycota
Kelas Agaricomycetes
Ordo Phallales
Famili Phallaceae
Genus Phallus
Spesies Phallus indusiatus

Karakteristik jamur  Tudung Pengantin yang ditemukan di sekitar kawasan Taman Suluh Pambelum memiliki tinggi 14 cm dan lebar atau diameter jaring 11 cm. Warna jaring atau tudung jingga. Warna batang coklat keputihan. Mengeluarkan aroma khas seperti bau busuk yang mengundang serangga. Kondisi habitat tumbuh, ternaung dan lembab dengan perkiraan suhu sekitar 25-27 derajat celcius. 


Share:

Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah- Indonesia 74459