Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah - Indonesia 74459

Minggu, 12 Juni 2022

Alih Fungsi Lahan Ancam Puyuh Sengayan

www.bambofoundation.org - Tidak banyak yang tahu bahwa di lantai hutan tropis dataran rendah dan perbukitan Kalimantan termasuk di sekitar  area Taman Biodiversitas Suluh Pambelum Kecamatan Petak Malai, Kab. Katingan Kalimantan Tengah terdapat spesies burung eksotis yang memesona. Masyarakat setempat menamainya burung "Siau" yang secara umum dikenal dengan Burung Puyuh Sengayan. 

Puyuh Sengayan
Burung Puyuh Sengayan (Jantan)

Puyuh Sengayan atau Puyuh Jambul dengan lama ilmiah Rollulus rouloul merupakan sejenis burung puyuh kecil dengan panjang dapat mencapai 25 cm. Ciri khas yang dapat dikenali dari hewan ini adalah adanya kulit berwarna kemerahan di sekitar mata dan adanya jambul atau bulu tegak di atas kepalanya. Burung jantan memiliki warna biru-keunguan mengkilap, paruh berwarna hitam-merah, dan dahi berwarna putih, serta jambul yang berdiri tegak seperti sikat. Sedangkan yang betina kepala dan jambul pendek berwarna abu-abu, sayap kecokelatan dan bulu berwarna hijau serta berukuran lebih kecil dibandingkan jantan.

Walaupun tergolong bangsa Aves, jenis burung ini lebih banyak menghabiskan waktunya di lantai hutan untuk mencari makan. Selain memakan biji-bijian termasuk padi, ia juga memakan beberapa jenis buah yang jatuh di tanah dan beberapa jenis hewan kecil. Burung Siau tersebar di Asia Tenggara meliputi Thailand, Mayanmar, Semenanjung Melayu, Sumatera dan Kalimantan. 

Salah satu sifat uniknya burung ini adalah ia termasuk hewan yang cenderung untuk bersikap setia pada pasangannya (monogami). Meski dalam berkembang biak betina dapat menghasilkan sekitar 5 butir telur, namun maraknya alih fungsi hutan untuk berbagai kepentingan manusia perlahan namun pasti semakin mengancam populasi spesies ini. 

Sifat monogami barangkali juga menjadi perihal penyebab semakin cepatnya penurunan Puyuh Sengayan, karena bagaimanapun menangkap salah satu pasangan akan berdampak bagi salah satu yang lainnya karena sifat mereka yang hidup dan kawin hanya dengan satu pasangan tetap.

Puyuh Sengayan dievaluasikan sebagai berisiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix III. Appendix III merupakan lampiran yang memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I.



Share:

Selasa, 26 April 2022

Mengenal Kerumbai Merah Endemik Kalimantan di Taman Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org - Buah unik lainnya yang tumbuh secara alami di Taman Suluh Pambelum, Kecamatan Petak Malai, Kalimantan Tengah adalah "anggur mini" atau Sarcotheca macrophylla. Di kenal juga dengan nama lain kerumbai merah, buah tanaman dari famili  Oxalidaceae ini tampak meng"anggur" yaitu melekat pada tangkai buah secara bergerombol dari atas kebawah seperti untaian anggur.
kerumbai merah

Warna merah cerah dan ukurannya yang mini berasal dari bunga yang pernyerbukannya seringkali dibantu serangga khususnya serangga Trigona. Oleh karena itu bagi peternak Trigona tanaman ini bisa jadi alternatif sumber nektar bagi peliharaan mereka. 

Selain menjadi makanan beberapa hewan liar, seperti bajing, burung dan beberapa jenis hewan lainnya, Kerumbai merah juga kerap kali dikonsumsi oleh anak-anak sekitar sebagai panganan liar. Rasanya yang cenderung kecut membuat anak-anak sering mengkonsumsinya seperti rujak yakni dengan tambahan garam atau penyedap rasa. Buah-buah ini biasanya dikumpulkan saat mereka bermain dipinggiran hutan, bersama buah-buah hutan liar lainnya seperti Suli, rambusa, dan salak hutan. 

Selain pemanfaatan buah untuk konsumsi, dilansir dari laman https://repository.ipb.ac.id, buah ini juga dimanfaatkan untuk sampo khususnya bagi masyarakat daerah Kutai Barat. Selain itu, data tentang tumbuhan dan pemanfaatan secara luas masih sangat terbatas. 


Share:

Kamis, 21 April 2022

Pembangunan "Titian" Untuk Keperluan Akses Air

www.bambofoundation.org - Di kawasan yang kami bangun untuk areal taman biodiversitas Suluh Pambelum terdapat sejenis parit atau sungai kecil yang bermuara pada Sungai Baraoi. Namun sayangnya sungai ini relatif stagnan atau hanya mengalir jika ada hujan. Sebab sumber air dari hulunya sangat minim dan terdapat bekas material jembatan kecil/ gorong-gorong yang seolah menyekatnya sehingga pada keadaan normal seolah membendung aliran dan hanya akan dapat dilalui jika debitnya melimpah sehabis hujan atau ketika debit sungai induknya sedang tinggi. 

alternatif mendapatkan air

Karena lebih banyak stagnan air cenderung kurang jernih yang bisa jadi akibat akumulasi zat yang dikeluarkan oleh akar-akar tanaman atau sisa pembusukan bahan organik seperti kayu dan dedaunan.  Namun demikian air ini masih relatif layak dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari selain untuk konsumsi. 

Untuk Mendukung aktivitas di "Pondok Kerja" Taman Suluh Pambelum yang secara fisik boleh dikatakan hampir elesai, maka keperluan dasar seperti air adalah "PR" kami berikutnya. Umumnya suplai air di daerah ini bergantung pada air tanah atau menggunakan sumur bor. Akan tetapi pengadaan sumur bor ini memerlukan biaya sehingga masih belum memungkinkan untuk diaplikasikan. 

Dua keperluan dasar air yang paling urgent adalah untuk keperluan toilet dan penyiraman bibit buah yang telah ditanam. Meskipun saat ini sarana toilet masih diupayakan, namun keperluan air untuk penyiraman tanaman akan sangat penting terutama jika terjadi rangkaian hari tanpa hujan berturut-turut selama beberapa hari atau bahkan lebih sepekan. Tanpa penyiraman, bibit-bibit yang baru saja di tanam di mana kondisi akarnya masih dalam proses pertumbuhan akan kekeringan jika kekurangan air. Untuk itu pengadaan akses air ini "mutlak" dibutuhkan.

Peringatan jangan buang sampah

Kedepan sungai kecil ini juga direncanakan untuk dibersihkan dan dirapikan sehingga bisa menjadi nilai tambah bagi daya tarik dan keindahan Taman Suluh Pambelum. Untuk itu kami berharap agar seluruh masyarakat khususnya yang berada disekitar areal agar dapat sama-sama menjaga kebersihannya terutama dengan tidak membuang sampah ke sungai dan sekitarnya. 

Share:

Senin, 03 Januari 2022

Uniknya Hewan krepuskular yang aktif diwaktu peralihan siang-malam

www.bambofoundation.org - Istilah diurnal untuk hewan yang aktif pada siang hari dan nokturnal bagi hewan yang aktif dimalam hari mungkin sudah cukup familiar, contoh hewan-hewan di urnal misalnya ayam, beberapa jenis burung, dan mamalia yang aktif di siang hari, sedangkan contoh hewan nokturnal misalnya tikus, kelelawar, burung hantu, dan tikus bulan (moon rat) seperti pada gambar. Namun selain dua istilah tersebut masih ada kelompok hewan yang ternyata cenderung beraktivitas di waktu peralihan yakni antara siang dan malam atau ketika cahaya remang-remang. Waktu peralihan ini tidak hanya mencakup pergantian antara siang dan malam tetapi juga dini hari. Kelompok hewan tersebut dikatagorikan hewan krepuskular. 

Contoh hewan nokturnal

Hewan Krepaskular adalah hewan yang aktifitas utamanya berlangsung pada kondisi cahaya remang-remang termasuk cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan pada malam hari. Walaupun aktivitasnya pada cahaya remang-remang pada sebagian jenis hewan tersebut hanya aktif pada senja hari, dan sebagian lagi aktif hanya pada dini hari. Contohnya spesies matutinal (atau "matinal") adalah hewan yang aktif secara signifikan pada waktu dini hari sedangkan "vespertine" merupakan hewan-hewan yang aktifitasnya dominan ketika senja hari saja.

Contoh hewan krepaskular misalnya untuk mamalia adalah sigung, hamster, kucing liar, tikus, musang dan mencit sedangkan untuk contoh serangga yang tergolong krepaskular sebenarnya ada banyak sekali namun yang cukup populer misalnya seperti kunang-kunang, ngengat dan beberapa jenis kumbang tertentu. 

Bagi hewan mangsa penyebab hewan-hewan tersebut lebih aktif pada waktu peralihan di antaranya adalah untuk menghindari predator atau pemangsa. Sedangkan bagi beberapa jenis spesies tertentu yang mangsanya adalah hewan krepaskular mungkin akibat dorongan insting mendapatkan makanan.

Tidak hanya berkaitan dengan pemangsa, adanya kecenderungan suatu spesies menjadi krepaskular nampaknya juga berkaitan dengan faktor lingkungan seperti cuaca ekstrim misalnya di daerah gurun. Beberapa jenis kadal dan ular hanya keluar pada waktu-waktu peralihan untuk menghindari cuaca yang sangat ekstrim di kawasan tersebut. 



Share:

Minggu, 07 November 2021

Workshop Karya Tulis Ilmiah Kecamatan Petak Malai

www.bambofoundation.org – Kegiatan Workshop Karya Tulis Ilmiah  (KTI) yang digelar Bapelitbang Kabupaten Katingan 4-5 November 2021 di Aula Merah Putih, Desa Tumbang Baraoi disambut antusias. 

Workshop Karya Tulis Ilmiah Petak Malai

Di buka oleh Camat Petak Malai, acara yang di ikuti oleh puluhan ASN, perwakilan masyarakat dan siswa-siswi Sekolah Menengah ini berjalan dengan tertib dan lancar. 

Menghadirkan narasasumber Widyaswara BPSDM  Prov Kalteng, peserta berhasil mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru seputar penulisan Karya Tulis Ilmiah yang dapat berbentuk laporan, makalah, prosiding, kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi. 

DR Stepanus, S. Hut, M. Pd (Widyaswara BPDSM Prov Kalteng) sukses mengubah mindset para peserta yang selama ini beranggapan penulisan KTI yang rumit menjadi simpel. Menurutnya untuk dapat menjadi penulis yang terpenting adalah kemauan. Untuk menyusun sebuah KTI yang terpenting adalah menentukan tema, kemudian mulai menulis tidak usah terpaku pada berbagai aturan atau sistematika, karena itu akan membuat banyak calon penulis patah arang alias mundur sebelum berperang.

“Sistematika atau kaidah penulisan memang penting, tetapi jangan sampai karena ketidaktahuan menghalangi niat kita untuk menulis. Jadi mulailah menulis ide-ide dan gagasan tanpa takut salah, lalu kembangkankanlah menjadi sebuah outline”, ujarnya saat memaparkan materi. 

Perbedaan workshop dengan seminar-seminar biasa adalah adanya hasil atau produk yang dihasilkan setelah kegiatan, sedangkan pada seminar hanya sebatas penyampaian materi tertentu. Untuk itu panitia kegiatan telah menyiapkan 6 trofi untuk 6 karya tulis ilmiah terbaik yang akan dinilai pada hari kedua kegiatan. 

Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) yang juga tidak mau ketinggalan berhasil merangkumkan dua KTI  untuk diserahkan dan dinilai pada hari terakhir kegiatan.  Dua tema yang diangkat adalah tentang Konservasi dengan Judul “Upaya Konservasi Buah Lokal Khas Kalimantan Tengah di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum” dan tentang Literasi dengan Judul “Pemanfaatan Kantong Buku untuk meningkatkan kemampuan literasi anak di Hulu Sungai Samba”. Dua tema dipilih dari dua program Bambo Foundation yakni Peduli Jantung Borneo  dan Taman Baca Baraoi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016 dan berlangsung hingga sekarang. 

Kendati menurut informasi Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang terpilih dan lolos seleksi akan dimuat pada buletin Bapelitbang Kabupaten Katingan, tujuan utama Bambo Foundation mengikuti kegiatan workshop ini sejatinya adalah untuk menggali pengetahuan seputar penulisan KTI, sehingga Bambo Foundation dapat memberikan kontribusi yang lebih luas bagi masyarakat terutama melalui tulisan-tulisan khususnya Karya Tulis Ilmiah. 

Disampaikan oleh tim juri, Kecamatan Petak Malai adalah kecamatan pertama dari 12 kecamatan  yang telah menyelanggarakan workshop KTI dari total 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Katingan, di mana seluruh hasil karya tulis pesertanya telah memenuhi aspek Karya Tulis Ilmiah. Fakta ini adalah sebuah prestasi sekaligus membuktikan bahwa persaingan untuk meraih predikat 6  Karya Tulis Ilmiah terbaik di antara peserta workshop Kecamatan Petak Malai cukup ketat. 

Alhamdulillah dari dua judul yang dikirimkan Bambo Foundation, KTI dengan judul “Upaya Konservasi Buah Lokal Khas Kalimantan Tengah di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum” berhasil mendapatkan predikat ke 3. Tentu saja berdasarkan review singkat juri, KTI ini masih perlu banyak perbaikan dan penguatan. Semoga raihan ini dapat menjadi semangat dan motivasi untuk dapat menghasilkan karya-karya tulis ilmiah lainnya di masa mendatang.


Share:

Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah- Indonesia 74459