SariAgri - Prihatin akan keberadaan tumbuhan buah lokal yang kian langka mendorong Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) berinisiatif mendirikan Taman Biodiversitas di Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
“Setiap tahun kehadiran buah-buahan lokal di pasar tradisional dan desa-desa yang dulu merupakan penghasilnya semakin berkurang, sementara upaya perbanyakan atau penanaman kembali nyaris tidak ada,” kata founder Bambo Foundation, Muhammad Jumani.
Untuk itu, sejak 2016 Bambo Foundation memulai berburu biji-bijian tumbuhan buah lokal dari desa ke desa khususnya di Kecamatan Petak Malai untuk keperluan perbanyakan menggunakan teknik tanam biji di dalam polybag. Hasilnya, sudah ada ratusan bibit tumbuhan buah lokal yang sudah dan siap tanam.
Kini Taman Biodiversitas yang dirintis pada 23 Agustus 2019 itu sudah memiliki lebih dari seratusan bibit buah yang mana sebagian di antaranya adalah buah-buahan lokal eksotis dan khas seperti asam pangi (Mangifera pajang), kapul/ tampoi (Baccaurea macrocarpa), tenggareng (Nephelium ramboutan-ake), tangkuhis (Dimocarpus longan var malaysianus), kecapi (Sandoricum koetjapi), balangkasua, dan durian merah (Durio dulcis).
Tidak mudah menemukan areal yang tepat dan cukup luas untuk mendirikan sebuah Taman Biodiversitas. Beruntung, berkat kegigihan dan semangat pantang menyerah, hasil patungan pengurus akhirnya bisa membebaskan lahan milik masyarakat dengan sistem buy back land.
Sebelumnya Jumani, sapaan akrab pria kelahiran Batola, 22 Februari 1985 ini, menuturkan pernah melakukan penanaman bibit tumbuhan lokal bersama-sama masyarakat di beberapa lahan kosong strategis di Desa Tumbang Baraoi, seperti lingkungan SMA dan SD serta sekitar area Lapangan Sepak Bola “Buluh Merindu”, bertepatan Hari Bumi tahun 2018 namun hasilnya belum memuaskan.
“Penanaman tahun 2018 di lahan kosong areal pemukiman kurang efektif karena sulit kontroling, jadi kami berinisiatif membebaskan lahan tidur milik warga dengan sistem membeli lagi lahan masyarakat yang ditelantarkan tersebut, untuk dirintis menjadi Taman Biodiversitas agar lebih mudah dalam perawatan dan pengawasan,” ujar dia.
Pendirian Taman Biodiversitas adalah salah satu bentuk dukungan Yayasan Bambo kepada pemerintah dalam upaya melestarikankeanekaragaman hayati Indonesia. Selain sebagai tempat pelestarian tumbuhan lokal, taman biodiversitas juga berperan sebagai sumber genetik tumbuhan, tutupan vegetasi, ruang terbuka hijau dan ekowisata.
Sementara itu, pegiat konservasi keragaman hayati dari Pusat Studi & Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Biodiversitas Indonesia) Ferry F. Hoesain, menyambut baik dan mengapresiasi atas upaya yang dilakukan Jumani dan timnya, Kalteng untuk melestarikan tumbuhan buah lokal yang saat ini semangkin langka.
Ferry, yang juga dikenal sebagai pelestari anggrek alam ini, berharap nantinya di Taman Biodiversitas yang dibangun Jumani dan kawan-kawan, bisa semakin banyak tanaman lokal yang bisa dikumpulkan dan ditumbuhkan dengan baik sehingga dapat menjadi tempat riset.
“Melalui kegiatan kepeloporan yang dilakukan oleh Jumani ini diharapkan, bisa juga menjadi inspirasi bagi tokoh muda di daerahnya masing-masing. Sehingga terbangun mata rantai kepedulian terhadap lingkungan, khususnya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, yang banyak sekali, bahkan mungkin ada yang belum teridentifikasi,” kata Ferry.
Sumber : Sari Agri