Sabtu, 16 Oktober 2021
Targetkan Selesai Sebelum Akhir Tahun
Sabtu, 09 Oktober 2021
Jamur Tudung Pengantin, Jamur Unik Di Taman Suluh Pambelum
www.bambofoundation.org- Diperkirakan ada jutaan jenis jamur yang tersebar di seluruh dunia baik yang tergolong jamur mikroskopis (berukuran kecil) maupun makroskopis (berukuran relatif besar) yang umumnya dapat langsung di amati tanpa perlu alat bantu. Jamur memiliki bentuk, warna, habitat, dan cara hidup yang beragam.
Dalam sistem klasifikasi, jamur dibedakan dari tumbuhan karena tidak memiliki klorofil. Beberapa hal yang membedakan jamur dengan tumbuhan antara lain sebagai berikut :
- Tidak memiliki klorofil (zat hijau daun berguna dalam proses fotosintesis).
- Berkembang biak dengan spora.
- Komposisi dinding sel yang berbeda (dinding sel jamur umumnya tersusun atas zat kitin, sedangkan tumbuhan terdiri atas selulosa).
- Tidak memiliki akar, batang, cabang, dan daun.
- Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti tumbuhan.
Sabtu, 11 September 2021
Anggrek Ikonik Dendrobium hallieri Endemik Kalimantan
www.bambofoundation.org - Menghilangnya hutan karena faktor apapun adalah sebuah bencana yang sangat disesalkan. Tidak hanya akan kehilangan pertahanan utama bagi ancaman pemanasan global yang kian masif tetapi juga sumber daya alam baik berupa flora maupun fauna yang tak ternilai harganya bagi umat manusia.
Ada banyak sekali jenis anggrek epifit yang ada di Indonesia, di Hutan Kalimantan (Borneo) diperkirakan jumlahnya tidak kurang dari 3000 spesies dari beragam genus yang tersebar mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dan pegunungan. Sebagian dari jenis ini cukup umum yakni dapat dijumpai hampir diseluruh pulau besar di Indonesia hingga negara lain. Namun beberapa di antaranya hidup endemik atau hanya di temukan di daerah tertentu misalnya anggrek ikonik Dendrobium hallieri.
Dendrobium hallieri adalah satu dari jenis tanaman berbunga dari suku Orchidaceae. Tanaman ini tumbuh secara alami dengan menempel di kulit-kulit pohon yang berfungsi sebagai substrat. Selain cantik, anggrek langka dengan bunga relatif besar berwarna kuning ini hanya dijumpai di pulau Kalimantan atau bersifat endemik.
Tim observasi Bambo Foundation menemukan spesies ini saat menjelajah hutan dengan ketinggian sekitar 150-200 mdpl. Meski tetap tumbuh di daerah ternaung agaknya jenis anggrek ini lebih menyukai daerah yang sedikit lebih hangat dengan kelembaban sedang. Hal ini mengingat area habitat tanaman ini lebih banyak didominasi pepohonan dengan diameter batang kurang dari 20 cm.
Selain bunga berwarna kekuningan dan terdapat semacam rambut berwarna oranye pada bagian lidah, anggrek ini juga memiliki ciri khas batang yang banyak ditutupi oleh semacam rambut (trikoma) berwarna hitam. Trikoma ini cenderung padat pada batang yang relatif muda namun agak berkurang ketika batang sudah menua.
Bunga anggrek Dendrobium hallieri yang sewaktu kuncup berwarna hijau ketika mekar dapat bertahan beberapa hari namun umumnya kurang dari seminggu. Berdasarkan pengamatan sampel koleksi yang ada di Taman Suluh Pambelum, setiap berbunga jenis ini hanya memunculkan 2-4 kuntum bunga.
Mari jaga hutan kita, jika memang harus cukup ambil apa yang kita butuhkan dari alam. Setiap hari, luas hutan terus berkurang puluhan bahkan ratusan hektar, kita sadari atau tidak kita semakin berada di ujung krisis pepohonan. Ayo mulai sekarang kita giatkan 1 hari tanam 1 pohon, di pekarangan, di lahan-lahan tidur, di mana saja tempat yang layak dan bisa kita tanam. Semoga gerakan ini dapat memperbaiki atau setidaknya mengurangi ancaman dan dampak dari semakin menipisnya hutan kita.
Senin, 09 Agustus 2021
Berburu Durian Merah Langka Di Pedalaman Kalimantan
www.bambofoundation.org - Sudah hampir tiga tahun terakhir kami tidak melakukan perburuan bibit buah langka di Kecamatan Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah. Hal ini lantaran musim panen buah raya di daerah ini harus tertunda karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan. Padahal biasanya aneka buah mulai dari yang umum seperti jenis rambutan, manggis dan mangga-manggaan hingga yang terbilang langka seperti Kapul, Pangi, Tangkuhis dan Umbing selalu melimpah hampir setiap tahun.
Tahun ini meski belum dapat digolongkan kedalam musim panen buah raya namun buah-buahan yang tersedia masih cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal. Tentu saja kesempatan emas ini tidak dilewatkan apalagi saat ini awal Agustus 2021 buah-buahan dari Genus Durio juga sudah mulai matang dan berjatuhan.
Ada beberapa jenis Durio yang menjadi incaran kami, yakni jenis Durian Merah/ Lahung (Durio dulcis), Durian krakup (Durio oxleyanus) dan Durian Gundul yang pernah menghebokan dunia pada tahun 2007 lalu . Untuk varietas terakhir ini masih menjadi misteri mengapa bisa ada pohon yang jika di taksir usianya diperkirakan mungkin sudah di tanam sebelum tahun di mana Durian Gundul ditemukan pertama kali di kaki Gunung Rinjani, Lombok, NTB.
Namun, tahun ini sepertinya satu-satunya pohon Durian Gundul yang kami ketahui gagal berbuah karena saat kami survey bunganya rontok tak bersisa. Maka kami menyasar Durian Merah/ Lahung yang juga merupakan jenis durian unik tidak hanya dari segi warna, duri tetapi juga rasanya.
Ada beberapa spot Durio dulcis yang berhasil ditemukan sedang berbuah. Namun kali ini kami mendatangi salah satu lokasi yang dikenal dengan nama Munyun yang letaknya kurang lebih sekitar 12 km dari Desa Tumbang Baraoi. Di sini hanya ada satu pohon yang berdiameter di atas 50 cm dan tinggi mungkin mencapai lebih dari 20 meter.
Dari titik keberangkatan kami menggunakan sepeda motor melalui jalan desa sepanjang 6 km dan dilanjutkan menyusuri jalan perusahaan HPH. Perjalanan menggunakan sepeda motor hanya bisa sampai pada sebuah dukuh dipinggiran jalan utama, selanjutnya track berupa jalan setapak dan sesekali berlumpur harus ditempuh dengan berjalan kaki. Diperkirakan perjalanan ini setidaknya memerlukan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai tepat di bawah pohon Durian Merah. Kendati kontur tanah berupa perbukitan kecil namun pohon ini tumbuh tepat didaerah cekungan yang relatif becek dan berair.
Hal unik mengenai buah-buahan terutama durian di daerah ini adalah siapapun berhak untuk memungut buahnya yang jatuh selama dia bersedia menunggu atau berada dilokasi. Bahkan dalam beberapa kasus sesorang yang bukan pemilik pohon pun tidak dilarang untuk mendirikan pondok disekitar pohon untuk menunggu buah-buah yang secara alami jatuh ketika sudah matang. Tentu saja walaupun demikian etikanya kita tetap harus permisi dan meminta izin kepada si empunya.
Maka musim buah durian seperti saat ini adalah surga bagi penikmatnya. Asalkan mau sedikit berusaha mendatangi pohon-pohon durian yang sedang berbuah maka bisa makan dengan sepuasnya tanpa perlu harus membeli. Bagi yang enggan atau malas untuk menunggu dan mengumpulkan buahnya tentu tetap dapat menikmati legitnya si Raja buah dengan mengeluarkan sedikit rupiah, karena biasanya ada beberapa anak-anak yang menjajakan buah hasil perburuan mereka.
Tidak heran di lokasi pohon Durian merah yang kami datangi juga sudah relatif bersih dari semak-semak karena sudah didatangi entah berapa banyak orang. Setiap mereka yang datang akan berkeliling dan mencari buah-buah yang telah jatuh sebelum dia tiba termasuk kami. Namun, karena angin yang begitu tenang dan alokasi waktu yang hanya sebentar, kami hanya berhasil mengumpulkan dua buah durian merah saja.
Setelah kurang lebih 30 menit berada dilokasi kami harus puas kembali dengan membawa pulang hanya dua buah Durian Merah di tambah bonus beberapa biji dan bibit hasil cabutan untuk disemai terlebih dahulu sebelum siap di tanam dilokasi Taman Suluh Pambelum. Semoga perburuan berikutnya kami bisa lebih puas menikmati buah yang diyakini paling manis di antara jenis durian dengan aroma khas seperti vanili ini.
Kamis, 08 Juli 2021
Joran Tradisional Dari Pelepah Palem
www.bambofoundation.org - Joran tradisional dari Pelepah Palem barangkali masih asing bagi sebagian orang khususnya di perkotaan. Joran-joran menggunakan tanaman tertentu yang diolah sendiri dahulu banyak digunakan bagi para pecinta hobi mancing, namun seiring waktu mulai kehilangan peminatnya karena berbagai alasan. Selain lantaran kalah bersaing dengan joran-joran modern yang lebih praktis, penyebab lain joran klasik sudah tidak banyak digunakan mungkin saja karena akibat bahan yang semakin sulit didapat atau justru pengrajinnya sendiri sudah mulai langka.
Di Kalimantan Tengah khususnya di daerah hulu atau pedalaman seperti Kecamatan Petak Malai lokasi Taman Suluh Pambelum, penggunakan bambu untuk joran tradisional relatif sangat jarang. Meskipun di daerah ini banyak dijumpai bambu namun agaknya jenis yang ada tidak cocok untuk digunakan sebagai joran pancing. Namun demikian, beberapa jenis yang berdiameter kecil masih digunakan untuk keperluan joran "banjur" yakni teknik menangkap ikan dengan cara ditinggal setelah kain diberi umpan dan dijenguk setelah beberapa saat biasanya dalam beberapa jam.
Kendati jenis bambu yang digunakan sebagai joran sulit ditemukan, suku Dayak yang merupakan masyarakat asli daerah ini pada umumnya tetap menggunakan joran untuk memancing ikan-ikan yang berukuran relatif kecil hingga sedang. Sebagai gantinya tanaman yang digunakan untuk joran pengganti bambu adalah pelepah palem. Ada beberapa jenis palem yang dapat digunakan seperti pelepah aren, rotan, dan pelepah pelem dari jenis Salak Hutan.
Joran Tradisional dari Pelepah Palem Salak Hutan ini cukup kuat dan nyaman digunakan untuk memancing jenis-jenis ikan seperti Seluang Kalimantan (Rasbora spp), Sepat Siam (Trichopodus pectoralis), Sepat rawa ( Betok (Anabas testudineus), Sepat rawa (Trichopodus trichopterus) Bahkan ikan Gabus (Channa striata) yang berukuran sedang.
Cara membuat Joran dari Pelepah Palem ini cukup mudah dan jenis tumbuhan ini cukup banyak tumbuh di hutan-hutan sekunder di sekitar desa. Pilih salah satu pelepah yang kokoh, biasanya sudah berwarna hijau agak kekuningan namun bukan yang telah kering. Potong dengan hati-hati karena pelepah ini memiliki banyak duri tajam. Pangkas daun dan duri-duri yang menempel. Joran ini belum siap digunakan karena masih berat dan biasanya bengkok/ melengkung. Agar ringan, maka perlu didiamkan selama beberapa hari agar kering (sebaiknya kering angin saja). Selama proses pengeringan joran dapat diluruskan. Cara meluruskan joran ini bisa dengan beragam pilihan misalnya ditindih dengan benda yang agak berat atau di gantung dengan seutas tali, posisinya pangkal di bagian atas dan pada bagian ujung joran yang menghadap kebawah diberi pemberat.
Joran tradisional dari pelepah palem yang sudah lurus dan ringan ini sudah bisa di pasang nilon dan mata kail atau mata pancing setelah kurang lebih satu minggu. Agar awet, joran ini harus disimpan ditempat kering setelah digunakan. Jika basah saat digunakan maka sebelum disimpan perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghindari jamur yang membuat pancing ini akan cepat rusak. Tertarik mencoba ?.