Senin, 05 Juli 2021
Serangga Lentera Kalimantan (Pyrops intricatus)
Minggu, 04 Juli 2021
Salak Hutan Buah Lokal Rimba Kalimantan
www.bambofoundation.org - Rasa buah salak hutan yang manis atau cenderung lebih asam dengan warna oranye atau merah sudah sangat familiar bagi anak-anak Suku Dayak khususnya yang masih atau pernah bermukim di pinggiran hutan. Kendati umumnya tumbuh liar diantara rimbunnya pepohonan dan semak belukar, namun tanaman ini mudah dikenali karena memiliki karakteristik yang khas.
Salak Hutan dibeberapa daerah dikenal dengan nama lain kelubi, salak merah atau asam paya. Adalah sejenis tanaman yang menghasilkan buah serupa salak dengan kulit buah bersisik dan daging buah berwarna putih. Dibandingkan jenis buah salak pada umumnya, salak hutan memiliki buah yang realtif lebih kecut dan warna kulit buah yang lebih mencolok yakni berwarna merah.
Pengalaman penulis selama berburu salak hutan jarang menemukan jumlah buah lebih dari 10 dalam satu tandan. Hal ini mungkin karena di habitat aslinya salak yang merupakan tanaman berumah dua (dioceous) yang berarti bahwa dalam satu individu terdapat bunga jantan atau bunga betina saja hanya mengandalkan serangga dalam upaya penyerbukannya, sebab peran angin mungkin kurang begitu signifikan lantaran kondisi hutan dengan semak belukar dan tegakan yang rapat.
Salak hutan termasuk kelompok tanaman palem-paleman (Areaceaeae), seperti halnya Pinang, Kelapa, Sawit, Aren, Rumbia dan Nypah. Namun berbeda dengan beberapa jenis tanaman tersebut yang relatif lebih aman untuk di panen, pelepah-pelepah daun salak memiliki duri tajam dan relatif kokoh sehingga perlu ekstra hati-hati saat mencoba memanen atau memetik buahnya. Duri-duri ini dapat mencapai panjang hingga lebih dari 5 cm dan dapat dengan mudah menembus sendal jepit atau celana jeans apalagi kulit manusia.
Saat ini belum diketahui adanya upaya budidaya salak hutan secara konkrit atau besar-besaran. Meski warna kulit buahnya menarik, namun rasanya yang cenderung lebih asam mungkin menjadi alasan kurangnya minat para petani atau pengusaha perkebunan memilih tanaman ini untuk dijadikan komoditi. Padahal saat ini salak hutan sudah mulai diusahakan untuk olahan asinan dan manisan.
Ketergantungan terhadap alam khususnya hutan juga sangat berisiko terhadap salak hutan itu sendiri mengingat kondisi hutan cenderung tidak stabil dan mudah mengalami alih fungsi dan terdegredasi akibat berbagai aktivitas manusia. Sadar akan hal ini, Yayasan Baraoi Mutiara Borneo melalui program Peduli Jantung Borneo mendirikan Taman Suluh Pambelum yang menjadi pusat pelestarian berbagai jenis tumbuhan buah lokal di luar kawasan konservasi yang mana salah satu koleksinya adalah Salak Hutan ini.
Jumat, 02 Juli 2021
Jamur Makroskopis di Taman Suluh Pambelum Kalimantan Tengah
Senin, 28 Juni 2021
Giant Pill Millipedes Serangga Bola Menggemaskan Di Taman Suluh Pambelum
www.bambofoundation.org - Taman Kehati atau Taman Biodiversitas memiliki fungsi utama menjaga sumber daya alam hayati namun demikian sebagaimana seperti yang tertulis dalam hukum alam, sejatinya kehidupan makhluk hidup di dalam sebuah ekosistem tidak dapat terlepaskan antara satu komponen dengan komponen lainnya baik berupa hubungan faktor biotik dengan abiotik, maupun interaksi sesama biotiknya.
Begitupula dengan yang terjadi di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum, Petak Malai, Katingan, Kalimantan Tengah, walaupun tujuan utamanya adalah sebagai kawasan konservasi bagi tumbuhan buah lokal secara insitu maupun exsitu nyatanya areal ini juga menjadi rumah bagi beragam fauna eksotis yang akan sangat bergantung dan membutuhkan habitat yang aman dan terjaga.
Hewan-hewan unik dan eksotis yang kami maksud tidak hanya jenis satwa endemik dan dilindungi di Taman Suluh Pambelum, tetapi juga meliputi banyak jenis arthropoda yang belum diketahui dengan pasti baik dari segi keberagaman jenis maupun status kelangkaan dan endemisitasnya.
"Giant Pill Millipedes" atau "Giant Pill Bug" adalah salah satu contohnya. Hewan tak bertulang belakang yang tergolong kedalam Ordo Sphaerotheriida ini layak menyandang gelar unik lantaran kebiasaan mempertahankan dirinya yang menyerupai Trenggiling (Manis javanica). Eksoskeleton yang kuat dan kemampuan menggulung adalah mekanisme pertahanan tangguh hewan ini terhadap beberapa jenis predator. Tidak hanya itu warnanya yang cenderung hitam atau gelap juga membantu "serangga" lucu ini berkamuflase diantara serasah dan rerumputan.
Dibalik tingkahlakunya yang unik yakni menggulung ketika terancam bahaya, teman kecil kita ini adalah pahlawan bagi beragam jenis tumbuhan karena perannya sebagai detrivor. Seperti halnya rayap dan cacing tanah, mereka memakan bahan organik mati seperti daun dan kayu di lantai hutan kemudian memecah bahan organik yang membusuk dan melepaskan nutrisi yang terkunci kembali ke dalam tanah. Daur ulang seperti ini tidak hanya sangat penting untuk nutrisi tanaman tetapi juga untuk seluruh ekologi.
Giant Pill Millipedes masih menyimpan banyak misteri dan tanda tanya. Hingga tahun 2014 diperkirakan ordo ini memiliki sekitar 34 Genera (marga) dengan lebih dari 326 jenis dan baru sekitar 20 genera yang telah dideskripsikan. Di Kalimantan khususnya Kalimantan Tengah, data tentang jenis Giant Pill Bug yang ditemukan masih sangat minim.
Berdasarkan data dari wikipedia, jenis-jenis yang mungkin terdapat di Indonesia khususnya Kalimantan termasuk di Taman Suluh Pambelum besar kemungkinan dari famili Zephroniidae yakni dari genus Bothrobelum, Zephronia, Sphaeropoeus, Castanotherium, Rajasphaera. Tentu saja untuk lebih pastinya perlu diadakan penelitian atau identifikasi lebih lanjut. Namun apapun, jenisnya hewan unik dan lucu ini harus terus kita jaga kelestariannya.
Ayo Patungan Klik Bantu kami membangun Taman Biodiversitas Taman Suluh Pambelum
Giat Rutin Pemeliharaan Plantation Area Taman Suluh Pambelum
www.bambofoundation.org- Dalam perencanaan tata kelola Taman Biodiversitas Suluh Pambelum wilayah taman dibagi menjadi beberapa areal, salah satunya Plantation Area atau areal penanaman. Areal ini terletak persis di pintu masuk sebelah timur atau tepat disisi Jalan Batu Tumbung. Plantation area ini terbagi dua, pertama berupa areal yang relatif lebih kecil dan merupakan lokasi penanaman pada tahun 2019 bertepatan kegiatan Kemah Bakti Literasi. Bersama peserta Kemah Bakti Literasi, panitia dan relawan menanam beragam jenis buah seperti, mangga, jeruk, kecapi, matoa, tenggareng, asam pangi, kweni, kapul, lengkeng, jambu biji, jambu bol, rambutan, dan durian.
Adapun lokasi kedua area penanaman hanya berjarak beberapa meter setelah daerah cekungan. Areal ini mulai ditanami sejak tahun 2020 hingga sekarang. Beberapa jenis bibit buah yang sudah ditanam antara lain Durian merah, Paken, Kapul, Tangkuhis, Tenggareng, Rambutan, Mangga, Buah Bahkau, Ramania, Kasturi, Asam Pangi, Langsat, Sirsak, cempedak dan lain-lain.
Sekitar 85 persen tanaman yang ditanam di kedua lokasi ini merupakan bibit dari hasil semai biji. Oleh karena itu proses perkembangannya relatif lambat terutama untuk satu atau dua tahun pertama. Kami berupaya memaksimalkan pertumbuhan bibit-bibit ini sedapat mungkin dengan segala keterbatasan yang ada. Selain dengan upaya pemberian pupuk, giat rutin perawatan seperti penyiraman khususnya pada waktu dimana hari tanpa hujan berturut-turut membuat kondisi tanah mengalami kekeringan serta pembersihan atau penyiangan rumput yang dapat menjadi gulma bagi tanaman.
Proses pemeliharaan berupa penyiangan gulma ini juga masih dilakukan dengan cara tradisional yakni menggunakan pisau atau parang. Keterlibatan relawan sangat membantu mempercepat dan meringankan proses ini. Sebagai perbandingan, jika dikerjakan sendiri aktivitas ini membutuhkan waktu beberapa hari, namun dengan gotong royong belasan relawan hanya memerlukan waktu beberapa jam saja.
Sebagaian besar relawan ini merupakan siswa-siswi SMA Negeri 1 Petak Malai, satu-satunya Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan. Kegiatan-kegiatan Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) memang seringkali melibatkan para relawan yang masih duduk di bangku sekolah hingga yang sudah berstatus mahasiswa perguruan tinggi, selain untuk menumbuhkan semangat kerelawanan adanya kegiatan ini juga bertujuan mengajak muda-mudi lebih peduli terhadap sesama dan terhadap lingkungan.
Belasan muda-mudi ini bergabung dengan suka rela tanpa dibayar ataupun dipungut biaya. Bagi mereka ini adalah aktivitas yang positif dan juga menyenangkan karena selain berbakti untuk sesama serta lingkungan juga menjadi ajang hiburan atau refreshing dari rutinitas sehari-hari karena dapat berkumpul, bertemu dan bercengkrama dengan rekan-rekan lain.