Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah - Indonesia 74459

Minggu, 02 April 2023

Bukan Burung Hantu, Ini Adalah Burung Paruh Kodok!

www.bambofoundation.org - Di sekitar kawasan Taman Suluh Pambelum ada jenis burung yang dianggap sebagian masyarakat sebagai salah satu jenis burung hantu, padahal jenis burung ini berbeda. Hewan ini di dinamakan Burung Paruh Kodok atau dalam bahasa Inggris disebut "Frogmouth". Penamaan tersebut nampaknya berhubungan dengan bentuk paruh atau mulut dan kepalanya yang menyerupai  kodok. 

Burung Paruh Kodok

Burung Paruh Kodok merupakan hewan nokturnal (aktif pada malam hari), pada siang hari hewan ini cenderung tidur diranting-ranting pohon di dalam hutan. Karena kemampuan terbangnya yang tidak terlalu bagus, serta untuk menghindari predator saat tidur disiang hari, burung ini memiliki corak yang sangat baik untuk berkamuflase pada pepohonan disekitarnya. 
Telur Burung Paruh Kodok

Jenis burung Paruh Kodok dibedakan ke dalam tiga marga yaitu : Podargus, Batrachostomus dan Rigidipenna.Walaupun penyebaran hewan ini mencakup Australia, India dan Asia Tenggara, di Indonesia sendiri ada jenis yang tergolong endemik contohnya Batrachostomus javensis (Paruh Kodok Jawa).

Makanan hewan ini adalah serangga yang banyak terdapat diserasah lantai hutan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan juga reptil dan amphibi kecil seperti kadal, cicak serta katak, bahkan termasuk mamalia kecil seperti tikus. Untuk mangsa-mangsa seperti ini biasanya dibunuh terlebih dahulu dengan cara dibenturkan pada kayu, atau batu. 

Burung ini memiliki kekerabatan dengan burung Cabak (Caprimulgidae dan Podargidae). Sekilas coraknyapun agak mirip dan sama-sama merupakan hewan yang lebih dominan tidur di siang hari dan aktif di malam hari, walaupun kecenderungan burung cabak ini tampaknya lebih aktif pada senja (hewan krepuskular). Selain itu, cabak juga merupakan pemakan serangga hanya saja ia lebih banyak berburu dan memangsa serangga di area terbuka. Di beberapa daerah di Indonesia, Paruh Kodok juga disebut sebagai cabak misalnya di Jawa dan Bali. 

Share:

Sabtu, 25 Maret 2023

Potensi Rangan Nyamuk Sebagai Objek Wisata Minat Khusus

www.bambofoundation.org - Rangan Nyamuk adalah sebuah delta yang terletak jalur Sungai Samba Hulu. Secara administratif, kawasan ini termasuk kedalam wilayah Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan, Kalteng. Posisi delta ini terletak di sebelah barat desa dan dapat ditempuh kurang lebih 15 menit menggunakan perahu ces (perahu motor).

Delta Rangan Nyamuk

Rangan Nyamuk memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata minat khusus karena selain memiliki view yang menarik, kawasan ini juga merupakan titik strategis bagi para pemancing. Sehingga dengan perpaduan beberapa kelebihan ini Rangan Nyamuk dapat dikelola sebagai objek wisata minat khusus terutama bagi wisatawan dan pelancong yang hobi memancing. 

Spot Mancing Rangan Nyamuk

Wisata minat khusus adalah sebuah bentuk kegiatan wisata yang disesuaikan dengan kepentingan khusus individu atau kelompok wisatawan. Dalam bahasa Inggris disebut Special Interest Tourism (SIT). Dengan demikian spot wisata seperti ini tidak menarget calon wisatawan secara umum tetapi hanya kelompok tertentu yang memiliki ketertarikan kepada nilai plus yang ditawarkan, dalam hal ini  Delta Rangan Nyamuk memiliki potensi bagi wisatawan mancing mania yang ingin menginap (camping) sambil memancing dan menikmati suguhan pemandangan pagi dan sore hari. 

Tanam Pohon Di Rangan Nyamuk

Menanam Pohon di Rangan Nyamuk

Obej Wisata Di Petak Malai

Untuk megembangkan sebuah spot baru menjadi objek wisata yang menarik dan memikat perlu perencanaan dan ide-ide inovatif. Hal ini tentu tidak bisa lepas dari sumber daya manusia yang berperan dalam mengolah sebuah kawasan tersebut menjadi objek wisata. Dengan dukungan sumber daya manusia yang unggul dan didukung oleh dana yang cukup maka hampir semua kawasan atau spot bisa disulap menjadi objej wisata yang baik.

Spot Camping Rangan Nyamuk

Salah satu upaya awal untuk mengembangkan potensi delta ini tentunya adalah dengan membenahi beberapa kekurangannya. Bersama pemuda-pemudi setempat, Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) setelah berkonsultasi dengan Kepala Desa Tumbang Baraoi  mulai melakukan persiapan dan penataan. Beberapa persiapan yang dimaksud antara lain dengan menanam lebih banyak pohon, mengingat kawasan delta ini masih kekurangan pohon besar yang sangat berguna untuk melindungi vegetasi lainnya.

Spot Kemah Di Petak Malai

Upaya lainnya adalah dengan menentukan titik-titik area yang dapat digunakan untuk perkemahan. Penentuan titik ini selain agar memberikan rasa aman, juga agar tidak banyak mengganggu vegetasi kawasan. Dengan demikian, dampak negatif dari pemanfaatan kawasan ini dapat ditekan atau dikurangi sehingga pengelolaan dapat berjalan baik secara berkesinambungan. 

Tentu saja faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah peran serta dan dukungan masyarakat sekitar untuk turut menjaga dan memelihara sumber daya yang ada disekitar Delta Rangan Nyamuk. Agar potensi-potensi dan nilai plus yang ada pada kawasan ini dapat tetap lestari dan terjaga sehingga dapat tetap menjadi nilai tambah untuk mengembangkan spot ini menjadi Objek Wisata Minat Khusus, di Kecamatan Petak Malai.

Share:

Rabu, 21 Desember 2022

Guest House Ala Huma Betang di Taman Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org - Pada dasarnya tujuan kehadiran Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) adalah untuk mendukung dan menjadi katalisator bagi perubahan-perubahan positif ditengah masyarakat Indonesia, khususnya di area lingkup kerja yayasan. Sehingga hasil akhirnya yang diharapkan dari buah perubahan tersebut tidak lain adalah untuk sebesar-besarnya manfaat khalayak terutama warga sekitar.

Guest House Tumbang Baraoi
Progress Pembangunan Guest House Ala Rumah Betang
di Taman Suluh Pambelum, Desa Tumbang Baraoi, Kec. Petak Malai

Oleh karena itu, ketika Bpk Camat Petak Malai menyampaikan gagasan untuk membangun sebuah Guest House di areal Taman Suluh Pambelum mendekati akhir tahun 2022 lalu, pendiri Bambo Foundation menyambut baik ide tersebut. Memegang prinsip sebagai NGO, pihak yayasan tentu juga tidak terbesit untuk mengambil keuntungan biaya ganti lahan seluas 20x20m persegi yang akan dimanfaatkan untuk proyek. Bagaimanapun, pembangunan ini tentu adalah bagian dari perubahan-perubahan yang diyakini positif dan akan semakin membawa kemajuan di Desa Tumbang Baraoi, selaku ibukota kecamatan. 

Pembangunan Guest House di Petak Malai

Mengusung konsep ala Huma Betang atau Rumah Betang, Guest House yang terletak di sisi Utara kawasan taman sedang dalam proses pengerjaan saat tulisan ini dirilis. Meski sudah mencapai progress sekitar 50 persen, proyek ini terbilang kurang lancar karena berbagai kendala. Salah satu kendala yang memang tidak bisa dikompromi adalah kendala alam dan kondisi topografi areal pembangunan. 

Guest House Petak Malai

Lokasi bangunan yang berada di lereng bukit menjadi tantangan tersendiri bagi pelaksana proyek, belum lagi  masalah akses atau transportasi kelokasi juga turut menjadi hambatan. Di tengah-tengah progress pembangunan jembatan yang menjadi penghubung satu-satunya jalan darat sempat ambruk dan terputus. Padahal, sarana ini sangat penting untuk mobilisasi angkutan bahan atau material proyek. Meski diupayakan sesegara mungkin, pembangunan kembali jembatan Sei Tapi membutuhkan waktu berminggu-minggu  sebelum dapat digunakan kembali. 

Berdasarkan observasi lapangan, bangunan Guest House yang dananya bersumber dari APBD Kab. Katingan ini memiliki tiga kamar yang mungkin akan digunakan untuk menjamu tamu pemerintahan yang sedang dinas atau menghadiri kegiatan di Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan. 

Bagi Taman Suluh Pambelum tentunya kehadiran Guest House ini diharapkan dapat mendukung visi dan misi awal sesuai dengan konsep Taman Biodiversitas yang mana salah satunya adalah sebagai area rekreasi berbasis lingkungan. Sebagai langkah kongkrit kolaborasi yang bisa realisasikan misalnya dalam menata dan menjaga areal taman atau pengadaan sarana penunjang seperti lahan parkir, pengadaan tempat sampah dan atau gazebo. 


Share:

Kamis, 15 Desember 2022

Taman Suluh Pambelum Terima Peserta Kegiatan Persami Gabungan

www.bambofoundation.org - Selaras dengan salah satu tujuan Taman Suluh Pambelum yakni menjadi tempat edukasi dan sosialisasi dalam rangka menumbuhkan semangat peduli terhadap lingkungan, Bambo Foundation sangat welcome terhadap masyarakat yang ingin berkunjung dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan. Tentunya selama aktivitas yang dimaksud adalah yang positif dan ramah serta bersahabat dengan lingkungan. 
Kegiatan persami di Taman Suluh Pambelum

Beberapa waktu lalu, Taman Suluh Pambelum Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) menerima peserta kegiatan Persami (perkemahan Sabtu-Minggu) gabungan SMPN Satap 3 Sanaman Mantikei dan SMAN 1 Petak Malai yang akan menggunakan area Camping Ground yang telah disediakan. Sesuai dengan namanya aktivitas ini dilaksanakan selama dua hari yakni Sabtu - Minggu (26-27 November 2022) lalu. 
Belajar Sandi Kotak
Camping Ground Taman Suluh Pambelum adalah area khusus yang disediakan untuk mendirikan tenda. Karena luas taman sendiri yang masih sangat terbatas, tempat ini sementara hanya bisa menampung sekitar  8-10 tenda berukuran sedang. Lokasi ini pertama kali digunakan pada saat kegiatan Kemah Bakti Literasi yang di adakan pada Agustus 2022 lalu. 

Acara Hiburan Persami

Karena terbilang baru maka tidak dipungkiri fasilitas di kawasan ini masih terbilang sangat minim. Selain tempat mandi terbuka dan toilet umum, belum ada fasilitas lain yang biasanya wajib tersedia di area camping. Salah satu yang vital misalnya adalah tempat sampah, untuk sementara tempat sampah hanya disediakan kantong-kantong sampah darurat selama kegiatan padahal sejatinya harus tersedia tempat sampah permanen atau semi permanen. Begitupula dengan penerangan sebagai salah satu fasilitas utama juga belum tersedia. Solusi sementara penerangan selama kegiatan menggunakan sumber listrik dari Aki (Accu).

Fasilitas Camping Ground Taman Suluh Pambelum

Keterbatasan fasilitas ini tentu saja lantaran terbatasnya anggaran untuk pengadaannya. Adapun pembangunan beberapa fasilitas yang sudah ada selain berasal dari donasi masyarakat juga dibantu dari dana swadaya pengurus dan relawan. 
Suasana Camping Ground Taman Suluh Pambelum

Namun demikian, kekurangan ini secara umum tidak memengaruhi antusias dan semangat peserta yang terdiri dari 22 siswa-siswi usia pendidikan SMP dan SMA yang melaksanakan  kegiatan persami kali ini. Terbukti senyum ceria selalu tersungging di wajah-wajah energik mereka selama proses kegiatan. Bahkan beberapa siswa merasa kegiatan yang digelar dua hari ini masih terasa sangat singkat dan berharap segera dapat mengikutinya kembali di tahun 2023 mendatang. 

Suasana Taman yang masih terbilang asri dengan beberapa pepohonan alami menjadi tempat yang pas bagi mereka untuk bersantai selama momen istirahat baik menggunakan ayunan (hammock) maupun hanya sekedar menikmati seduhan hangat teh atau kopi di panggung sederhana. 
Share:

Senin, 29 Agustus 2022

Peserta Kemah Bakti 2022, Tanam Pohon di Taman Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org - Kemah Bakti Literasi se Kecamatan Petak Malai tahun 2022 yang di gelar di area Camping Ground Taman Suluh Pambelum akhirnya sukses terselenggara. Acara tahunan Program Yayasan Bambo bidang Pendidikan ini dihelat selama tiga hari yakni Senin-Rabu (22-24 Agustus 2022) lalu dengan di ikuti empat tim perwakilan dari delapan perwakilan yang seharusnya hadir. 

Bibit Baccaurea macrocarpa

Selain berbagai agenda kegiatan perkemahan yang diadakan untuk mengasah kemampuan literasi, perkemahan ini juga mengusung kegiatan bakti sosial salah satunya yaitu tanam pohon. Pada kesempatan kali ini peserta perekemahan secara simbolis melakukan penanaman empat jenis tanaman di Taman Suluh Pambelum.

Bibit Buah Lokal Kalteng

Adapun jenis-jenis pohon yang ditanam adalah Durian merah (Durio dulcis), Kapul (Baccaurea macrocarpa), Mangga (Mangifera indica), dan Jambu biji (Psidium guajava). Beberapa diantara bibit ini merupakan hasil semai biji dan beberapa diantaranya hasil cangkok. 

Kegiatan menanam pohon sangat penting diperkenalkan dan dibiasakan dikalangan anak-anak sebagai generasi penerus. Karena saat ini negara kita boleh jadi tidak kekurangan orang pintar, namun semakin minim orang-orang yang sungguh-sungguh peduli terutama terhadal lingkungan. Sebagaimana pepatah lama "Tak kenal maka tak sayang", maka dengan memperkenalkan dunia kecintaan terhadap lingkungan salah satunya dengan menanam pohon diharapkan generasi-generasi masa depan ini akan memiliki kecintaan dan kepedulian terhadap alam. 

Tak dapat disangkal, fakta telah berbicara bahwa bumi kondisi bumi saat ini tidak sedang baik-baik saja. Pencemaran dan perubahan iklim akibat efek rumah kaca semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, selain dengan upaya menekan gas emisi maka cara lain adalah dengan memperbanyak penyerap alami polutan itu sendiri yang tidak lain salah satunya adalah pohon-pohon dan tanaman hijau. Dengan demikian meski tidak dapat menghentikan sepenuhnya, setidaknya kita telah andil untuk mengurangi bahaya yang disebabkan oleh pemanasan global.


Share:

Sabtu, 25 Juni 2022

Manfaat dan Kandungan Artocarpus dadah

www.bambofoundation.org - Artocarpus merupakan marga (genus) tumbuhan yang setidaknya mencakup setidaknya 50 jenis (spesies). Walaupun tidak semuanya populer, pohon-pohon yang sebagian besar penghasil buah ini juga telah cukup dikenal di masyarakat. Jenis-jenis yang sudah umum terutama karena dimanfaatkan buahnya  antara lain Nangka (Artocarpus heterophyllus), Cempedak (Artocarpus integer), Sukun (Artocarpus altilis) dan Keledang (Artocarpus lanceifolius). 


Manfaat artocarpus dadah

Selain terkenal karena pada umumnya menghasilkan buah-buah yang edibel dengan rasa yang enak beberapa jenis tumbuhan dari Genus Artocarpus juga dikenal sebagai penghasil kayu yang berkualitas baik. Kayu-kayu ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan dan perabot rumah tangga. 

Artocarpus dadah Miq. adalah salah satu dari marga Artocarpus yang memiliki beberapa kelebihan tidak hanya buahnya dapat dimakan dan kayunya berkualitas baik tetapi juga memiliki kandungan yang berpotensi sebagai promotor antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, dan antikanker. 

Tanaman Artocarpus liar

Kendati buahnya berukuran kecil dan tidak dapat dibandingkan seperti halnya Sukun ataupun Nangka, akan tetapi tumbuhan ini merupakan sumber utama senyawa turunan fenolik yaitu senyawa flavon di atau tri-oksigenasi dan terisoprenilasi pada posisi C-3, dan juga dikenal sebagai sumber utama senyawa fenolik turunan flavonoid, aril-benzofuran, stilbenoid dan santon turunan flavonoida, yang memiliki aktivitas biologi sebagai promotor antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, dan antikanker sbeagaimana dikutip dari Neliti.com maka potensi tanaman ini tentu tidak boleh diabaikan. 

Jenis  Artocarpus

Sebagaimana kebanyakan Artocarpus lainnya, Artocarpus dadah juga merupakan tanaman pohon lebat yang dapat tumbuh setinggi hingga 35 m, dengan ranting-ranting yang tertutup rapat dengan rambut pendek, kekuningan hingga coklat kemerahan. Buahnya berkulit halus, agak bulat atau lonjong, sewaktu muda berwarna hijau pucat dan berubah kekuningan ketika matang,  lebar buah 2,5-8,9 cm.  Daging buah berwarna merah muda  dengan bagian tengah berwarna lebih pucat dan bergetah.

Persebaran Artocarpus dadah meliputi Myanmar, Thailand, Sumatra, Semenanjung Malaysia, Singapura, dan Kalimantan.



Share:

Selasa, 14 Juni 2022

Persiapan Area Apotik Hidup Taman Biodiversitas Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org - Tidak disangkal kawasan yang saat ini terus dirintis agar dapat memenuhi unsur-unsur sehingga layak membuatnya disebut kawasan Taman Biodiversitas memang masih jauh dari luasan minimum yang dibutuhkan. Dengan areal yang relatif sempit ini tentu saja membuat perencanaannya menjadi tidak mudah. Di satu sisi sesuai namanya taman biodiversitas menuntut keberagaman, padahal faktanya semakin tinggi keberagaman yang diinginkan maka semakin besar pula Space  yang harus disediakan. 

Apotik Hidup Taman Suluh Pambelum

Upaya mengumpulkan spesimen hidup untuk melengkapi keberagaman khususnya tanaman yang memiliki potensi besar dan tingkat ancaman yang tinggi di habitatnya juga tidak bisa dikatakan  mudah, namun jika dibandingkan upaya perluasan areal yang jelas berhubungan langsung dengan pendanaan tanpa adanya bantuan pihak ketiga benar-benar seperti "pungguk merindukan bulan". 
Apotik Hidup di Katingan

Kendati demikian tentu saja Yayasan Baraoi Mutiara Borneo tidak berpangku tangan. Ibarat pepatah "Proses tidak akan mengkhianati hasil", yayasan bersama relawan tetap senantiasa bekerja dan memberikan buah pikiran sebaik mungkin untuk mendukung upaya konservasi yang tujuannya tidak lain adalah untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.

Beberapa waktu lalu, yayasan bersama relawan mengadakan giat bakti membersihkan lahan di sekitar area penanaman pohon buah lokal. Area yang tidak seberapa luas ini merupakan tanah kosong yang hanya ditumbuhi semak belukar. Ke depan rencannya lahan yang sedikit ini akan diperuntukan untuk menanam berbagai tumbuhan berkhasiat obat baik yang sudah cukup umum maupun tanaman yang berasal dari daerah sekitar.  

Sebagaimana diketahui Kecamatan Petak Malai lokasi Taman Biodiversitas Suluh Pambelum berada merupakan daerah yang mana sebagian penduduknya masih menggunakan bahan-bahan obat tradisional di antaranya yang sudah dikenal antara lain Pasak Bumi, Saluang Belum dan Ginseng. 

Ironisnya, tanaman berkhasiat obat yang dulu dapat dengan mudah mereka jumpai hanya dengan berjalan kaki beberapa langkah di belakang rumah kini sudah semakin sulit ditemui. Setidaknya mereka harus pergi ke hutan di sekitar desa atau ke desa tetangga untuk mendapatkannya. Tak heran, karena semakin sulitnya menemukan tanaman yang dimaksud ditambah lagi dengan semakin berkembangnya obat-obatan pabrikan hanya para tetua yang mengenal dan masih memanfaatkannya. Sedangkan bagi generasi muda, yang mengenalnya saja sudah dapat dihitung dengan jari lebih-lebih menggunakannnya. 

Oleh karena itu diharapkan dengan adanya area Apotik Hidup ini nantinya selain dapat berfungsi sebagai upaya konservasi juga dapat menjadi sarana edukasi untuk memperkenalkan kembali tanaman obat-obat tradisional khususnya kalangan remaja. Dengan demikian di masa mendatang tidak mustahil jika penggunaan tanaman obat tradisional yang diyakini jauh lebih ramah bagi tubuh ini akan kembali meningkat. 

Share:

Minggu, 12 Juni 2022

Alih Fungsi Lahan Ancam Puyuh Sengayan

www.bambofoundation.org - Tidak banyak yang tahu bahwa di lantai hutan tropis dataran rendah dan perbukitan Kalimantan termasuk di sekitar  area Taman Biodiversitas Suluh Pambelum Kecamatan Petak Malai, Kab. Katingan Kalimantan Tengah terdapat spesies burung eksotis yang memesona. Masyarakat setempat menamainya burung "Siau" yang secara umum dikenal dengan Burung Puyuh Sengayan. 

Puyuh Sengayan
Burung Puyuh Sengayan (Jantan)

Puyuh Sengayan atau Puyuh Jambul dengan lama ilmiah Rollulus rouloul merupakan sejenis burung puyuh kecil dengan panjang dapat mencapai 25 cm. Ciri khas yang dapat dikenali dari hewan ini adalah adanya kulit berwarna kemerahan di sekitar mata dan adanya jambul atau bulu tegak di atas kepalanya. Burung jantan memiliki warna biru-keunguan mengkilap, paruh berwarna hitam-merah, dan dahi berwarna putih, serta jambul yang berdiri tegak seperti sikat. Sedangkan yang betina kepala dan jambul pendek berwarna abu-abu, sayap kecokelatan dan bulu berwarna hijau serta berukuran lebih kecil dibandingkan jantan.

Walaupun tergolong bangsa Aves, jenis burung ini lebih banyak menghabiskan waktunya di lantai hutan untuk mencari makan. Selain memakan biji-bijian termasuk padi, ia juga memakan beberapa jenis buah yang jatuh di tanah dan beberapa jenis hewan kecil. Burung Siau tersebar di Asia Tenggara meliputi Thailand, Mayanmar, Semenanjung Melayu, Sumatera dan Kalimantan. 

Salah satu sifat uniknya burung ini adalah ia termasuk hewan yang cenderung untuk bersikap setia pada pasangannya (monogami). Meski dalam berkembang biak betina dapat menghasilkan sekitar 5 butir telur, namun maraknya alih fungsi hutan untuk berbagai kepentingan manusia perlahan namun pasti semakin mengancam populasi spesies ini. 

Sifat monogami barangkali juga menjadi perihal penyebab semakin cepatnya penurunan Puyuh Sengayan, karena bagaimanapun menangkap salah satu pasangan akan berdampak bagi salah satu yang lainnya karena sifat mereka yang hidup dan kawin hanya dengan satu pasangan tetap.

Puyuh Sengayan dievaluasikan sebagai berisiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix III. Appendix III merupakan lampiran yang memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I.



Share:

Selasa, 26 April 2022

Mengenal Kerumbai Merah Endemik Kalimantan di Taman Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org - Buah unik lainnya yang tumbuh secara alami di Taman Suluh Pambelum, Kecamatan Petak Malai, Kalimantan Tengah adalah "anggur mini" atau Sarcotheca macrophylla. Di kenal juga dengan nama lain kerumbai merah, buah tanaman dari famili  Oxalidaceae ini tampak meng"anggur" yaitu melekat pada tangkai buah secara bergerombol dari atas kebawah seperti untaian anggur.
kerumbai merah

Warna merah cerah dan ukurannya yang mini berasal dari bunga yang pernyerbukannya seringkali dibantu serangga khususnya serangga Trigona. Oleh karena itu bagi peternak Trigona tanaman ini bisa jadi alternatif sumber nektar bagi peliharaan mereka. 

Selain menjadi makanan beberapa hewan liar, seperti bajing, burung dan beberapa jenis hewan lainnya, Kerumbai merah juga kerap kali dikonsumsi oleh anak-anak sekitar sebagai panganan liar. Rasanya yang cenderung kecut membuat anak-anak sering mengkonsumsinya seperti rujak yakni dengan tambahan garam atau penyedap rasa. Buah-buah ini biasanya dikumpulkan saat mereka bermain dipinggiran hutan, bersama buah-buah hutan liar lainnya seperti Suli, rambusa, dan salak hutan. 

Selain pemanfaatan buah untuk konsumsi, dilansir dari laman https://repository.ipb.ac.id, buah ini juga dimanfaatkan untuk sampo khususnya bagi masyarakat daerah Kutai Barat. Selain itu, data tentang tumbuhan dan pemanfaatan secara luas masih sangat terbatas. 


Share:

Kamis, 21 April 2022

Pembangunan "Titian" Untuk Keperluan Akses Air

www.bambofoundation.org - Di kawasan yang kami bangun untuk areal taman biodiversitas Suluh Pambelum terdapat sejenis parit atau sungai kecil yang bermuara pada Sungai Baraoi. Namun sayangnya sungai ini relatif stagnan atau hanya mengalir jika ada hujan. Sebab sumber air dari hulunya sangat minim dan terdapat bekas material jembatan kecil/ gorong-gorong yang seolah menyekatnya sehingga pada keadaan normal seolah membendung aliran dan hanya akan dapat dilalui jika debitnya melimpah sehabis hujan atau ketika debit sungai induknya sedang tinggi. 

alternatif mendapatkan air

Karena lebih banyak stagnan air cenderung kurang jernih yang bisa jadi akibat akumulasi zat yang dikeluarkan oleh akar-akar tanaman atau sisa pembusukan bahan organik seperti kayu dan dedaunan.  Namun demikian air ini masih relatif layak dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari selain untuk konsumsi. 

Untuk Mendukung aktivitas di "Pondok Kerja" Taman Suluh Pambelum yang secara fisik boleh dikatakan hampir elesai, maka keperluan dasar seperti air adalah "PR" kami berikutnya. Umumnya suplai air di daerah ini bergantung pada air tanah atau menggunakan sumur bor. Akan tetapi pengadaan sumur bor ini memerlukan biaya sehingga masih belum memungkinkan untuk diaplikasikan. 

Dua keperluan dasar air yang paling urgent adalah untuk keperluan toilet dan penyiraman bibit buah yang telah ditanam. Meskipun saat ini sarana toilet masih diupayakan, namun keperluan air untuk penyiraman tanaman akan sangat penting terutama jika terjadi rangkaian hari tanpa hujan berturut-turut selama beberapa hari atau bahkan lebih sepekan. Tanpa penyiraman, bibit-bibit yang baru saja di tanam di mana kondisi akarnya masih dalam proses pertumbuhan akan kekeringan jika kekurangan air. Untuk itu pengadaan akses air ini "mutlak" dibutuhkan.

Peringatan jangan buang sampah

Kedepan sungai kecil ini juga direncanakan untuk dibersihkan dan dirapikan sehingga bisa menjadi nilai tambah bagi daya tarik dan keindahan Taman Suluh Pambelum. Untuk itu kami berharap agar seluruh masyarakat khususnya yang berada disekitar areal agar dapat sama-sama menjaga kebersihannya terutama dengan tidak membuang sampah ke sungai dan sekitarnya. 

Share:

Senin, 03 Januari 2022

Uniknya Hewan krepuskular yang aktif diwaktu peralihan siang-malam

www.bambofoundation.org - Istilah diurnal untuk hewan yang aktif pada siang hari dan nokturnal bagi hewan yang aktif dimalam hari mungkin sudah cukup familiar, contoh hewan-hewan di urnal misalnya ayam, beberapa jenis burung, dan mamalia yang aktif di siang hari, sedangkan contoh hewan nokturnal misalnya tikus, kelelawar, burung hantu, dan tikus bulan (moon rat) seperti pada gambar. Namun selain dua istilah tersebut masih ada kelompok hewan yang ternyata cenderung beraktivitas di waktu peralihan yakni antara siang dan malam atau ketika cahaya remang-remang. Waktu peralihan ini tidak hanya mencakup pergantian antara siang dan malam tetapi juga dini hari. Kelompok hewan tersebut dikatagorikan hewan krepuskular. 

Contoh hewan nokturnal

Hewan Krepaskular adalah hewan yang aktifitas utamanya berlangsung pada kondisi cahaya remang-remang termasuk cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan pada malam hari. Walaupun aktivitasnya pada cahaya remang-remang pada sebagian jenis hewan tersebut hanya aktif pada senja hari, dan sebagian lagi aktif hanya pada dini hari. Contohnya spesies matutinal (atau "matinal") adalah hewan yang aktif secara signifikan pada waktu dini hari sedangkan "vespertine" merupakan hewan-hewan yang aktifitasnya dominan ketika senja hari saja.

Contoh hewan krepaskular misalnya untuk mamalia adalah sigung, hamster, kucing liar, tikus, musang dan mencit sedangkan untuk contoh serangga yang tergolong krepaskular sebenarnya ada banyak sekali namun yang cukup populer misalnya seperti kunang-kunang, ngengat dan beberapa jenis kumbang tertentu. 

Bagi hewan mangsa penyebab hewan-hewan tersebut lebih aktif pada waktu peralihan di antaranya adalah untuk menghindari predator atau pemangsa. Sedangkan bagi beberapa jenis spesies tertentu yang mangsanya adalah hewan krepaskular mungkin akibat dorongan insting mendapatkan makanan.

Tidak hanya berkaitan dengan pemangsa, adanya kecenderungan suatu spesies menjadi krepaskular nampaknya juga berkaitan dengan faktor lingkungan seperti cuaca ekstrim misalnya di daerah gurun. Beberapa jenis kadal dan ular hanya keluar pada waktu-waktu peralihan untuk menghindari cuaca yang sangat ekstrim di kawasan tersebut. 



Share:

Minggu, 07 November 2021

Workshop Karya Tulis Ilmiah Kecamatan Petak Malai

www.bambofoundation.org – Kegiatan Workshop Karya Tulis Ilmiah  (KTI) yang digelar Bapelitbang Kabupaten Katingan 4-5 November 2021 di Aula Merah Putih, Desa Tumbang Baraoi disambut antusias. 

Workshop Karya Tulis Ilmiah Petak Malai

Di buka oleh Camat Petak Malai, acara yang di ikuti oleh puluhan ASN, perwakilan masyarakat dan siswa-siswi Sekolah Menengah ini berjalan dengan tertib dan lancar. 

Menghadirkan narasasumber Widyaswara BPSDM  Prov Kalteng, peserta berhasil mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru seputar penulisan Karya Tulis Ilmiah yang dapat berbentuk laporan, makalah, prosiding, kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi. 

DR Stepanus, S. Hut, M. Pd (Widyaswara BPDSM Prov Kalteng) sukses mengubah mindset para peserta yang selama ini beranggapan penulisan KTI yang rumit menjadi simpel. Menurutnya untuk dapat menjadi penulis yang terpenting adalah kemauan. Untuk menyusun sebuah KTI yang terpenting adalah menentukan tema, kemudian mulai menulis tidak usah terpaku pada berbagai aturan atau sistematika, karena itu akan membuat banyak calon penulis patah arang alias mundur sebelum berperang.

“Sistematika atau kaidah penulisan memang penting, tetapi jangan sampai karena ketidaktahuan menghalangi niat kita untuk menulis. Jadi mulailah menulis ide-ide dan gagasan tanpa takut salah, lalu kembangkankanlah menjadi sebuah outline”, ujarnya saat memaparkan materi. 

Perbedaan workshop dengan seminar-seminar biasa adalah adanya hasil atau produk yang dihasilkan setelah kegiatan, sedangkan pada seminar hanya sebatas penyampaian materi tertentu. Untuk itu panitia kegiatan telah menyiapkan 6 trofi untuk 6 karya tulis ilmiah terbaik yang akan dinilai pada hari kedua kegiatan. 

Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) yang juga tidak mau ketinggalan berhasil merangkumkan dua KTI  untuk diserahkan dan dinilai pada hari terakhir kegiatan.  Dua tema yang diangkat adalah tentang Konservasi dengan Judul “Upaya Konservasi Buah Lokal Khas Kalimantan Tengah di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum” dan tentang Literasi dengan Judul “Pemanfaatan Kantong Buku untuk meningkatkan kemampuan literasi anak di Hulu Sungai Samba”. Dua tema dipilih dari dua program Bambo Foundation yakni Peduli Jantung Borneo  dan Taman Baca Baraoi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016 dan berlangsung hingga sekarang. 

Kendati menurut informasi Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang terpilih dan lolos seleksi akan dimuat pada buletin Bapelitbang Kabupaten Katingan, tujuan utama Bambo Foundation mengikuti kegiatan workshop ini sejatinya adalah untuk menggali pengetahuan seputar penulisan KTI, sehingga Bambo Foundation dapat memberikan kontribusi yang lebih luas bagi masyarakat terutama melalui tulisan-tulisan khususnya Karya Tulis Ilmiah. 

Disampaikan oleh tim juri, Kecamatan Petak Malai adalah kecamatan pertama dari 12 kecamatan  yang telah menyelanggarakan workshop KTI dari total 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Katingan, di mana seluruh hasil karya tulis pesertanya telah memenuhi aspek Karya Tulis Ilmiah. Fakta ini adalah sebuah prestasi sekaligus membuktikan bahwa persaingan untuk meraih predikat 6  Karya Tulis Ilmiah terbaik di antara peserta workshop Kecamatan Petak Malai cukup ketat. 

Alhamdulillah dari dua judul yang dikirimkan Bambo Foundation, KTI dengan judul “Upaya Konservasi Buah Lokal Khas Kalimantan Tengah di Taman Biodiversitas Suluh Pambelum” berhasil mendapatkan predikat ke 3. Tentu saja berdasarkan review singkat juri, KTI ini masih perlu banyak perbaikan dan penguatan. Semoga raihan ini dapat menjadi semangat dan motivasi untuk dapat menghasilkan karya-karya tulis ilmiah lainnya di masa mendatang.


Share:

Selasa, 19 Oktober 2021

Cantik dan "Showy" Ala Bulbophyllum odoratum

www.bambofoundation.org - Indonesia memiliki ragam jenis anggrek spesies yang diperkirakan lebih dari 4000 jenis memiliki keunikan dan daya tarik berbeda satu sama lain. Spesies ini tersebar di berbagai pulau mulai dari daerah paling timur hingga paling barat. Tidak hanya di dataran tinggi tetapi juga menghuni hingga hutan-hutan di pesisir pantai. Kekayaan alam yang merupakan "Mutiara" berharga ini adalah aset bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan agar dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan bijak untuk kemaslahatan umat manusia khususnya masyarakat Indonesia. 

Bublophyllum odoratum

Kecamatan Petak Malai sebagai salah satu daerah yang masih memiliki hutan primer dan sekunder yang berada di Jantung Pulau Kalimantan juga tak kalah penting menyimpan keragaman spesies anggrek alam, salah satunya adalah anggrek dari Genus Bulbophyllum yaitu Bublophyllum odoratum

Anggrek Bublophyllum odoratum merupakan tipe anggrek epifit atau biasa hidup menumpang pada tumbuhan inang namun tidak bersifat merugikan tumbuhan yang ditumpanginya. Berdasarkan lokasi penemuan Di Desa Tumbang Baraoi, anggrek ini ditemukan menempel pada pohon durian. Agaknya menyukai tempat yang sedikit terbuka namun dengan intensitas cahaya matahari yang tidak penuh atau masih berada dalam naungan. 

Perawakan Bublophyllum odoratum  cenderung pendek dan tumbuh horizontal atau "merambat" dengan daun berbentuk bulat memanjang dan agak berlilin. Bunga berbentuk kecil-kecil dan berada pada tangkai yang panjangnya dapat mencapai 30 cm atau lebih. Bunga majemuk pada bagian ujung tampak berwarna kuning atau jingga dan berangsur-angsur berwarna lebih putih mendekati pangkal tangkai. Bunga yang beraroma cukup harum mekar sekitar bulan mei dan mampu bertahan hingga kurang lebih seminggu. 


Share:

Sabtu, 16 Oktober 2021

Targetkan Selesai Sebelum Akhir Tahun

www.bambofoundation.org - Pembangunan Pondok Kerja Yayasan Baraoi Mutiara Borneo atau yang biasa disingkat Bambo Foundation yang sempat terhenti karena terkendala kurangnya material akhirnya kembali di lanjutkan, Rabu (6/10/2021). 

Pondok Kerja Bambo Foundation

Bangunan dengan luas 5,5 m x 4 meter yang sebelumnya telah dikerjakan sampai tahap rangka pokok dilanjutkan pada tahap pemasangan atap. Untuk mengakomodir bangunan dengan luas  22 meter persegi ini diperlukan sebanyak kurang lebih 27 lembar seng. Sayangnya pemasangan atap masih terkendala kekurangan bahan sebanyak 6 lembar. Rencananya pemasangan sisa atap akan di lanjutkan sekaligus dengan pemasangan lantai dan dinding. 

Untuk menekan biaya pengerjaan, pondok ini diarsiteki dan di tukangi langsung oleh Eko Ardinatha dibantu Muhamamad Jumani dan beberapa relawan.  

Pembangunan Pondok Kerja

Sayangnya bahan material untuk lantai yang direncanakan akan menggunakan papan jenis Banuas masih belum tersedia lantaran terkendala dana, sedangkan material untuk dinding berupa papan jenis meranti sudah dibeli menggunakan dana hasil swadaya serta donasi dari masyarakat dan saat ini sedang dalam tahap "moulding". 

Pondok Kerja yang dibangun di areal Taman Biodiversitas Suluh Pambelum merupakan salah satu sarana penting untuk mendukung kegiatan Yayasan Bambo terutama dalam mengembangkan kawasan taman. Pembangunan infrastruktur ini merupakan salah satu prioritas kerja di tahun pertama dari target pengembangan taman dalam tiga tahun kedepan. 

Taman Suluh Pambelum


"Alhamdulillah beberapa waktu lalu kami dapat donasi untuk membeli sisa kekurangan atap, mudahan-mudahan dalam waktu dekat ada orang-orang baik yang kembali berdonasi untuk membeli material papan untuk keperluan lantai", ujar Muhammad. 

Kendati terkendala finansial, Muhammad Jumani pendiri Bambo Foundation optimis akan dapat menyelesaikan Pondok Kerja sebelum akhir tahun 2021 ini. Meskipun ia tidak menampik progres ini tidak akan mudah lantaran biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Diakuinya saat ini progres penggalangan dana melalui Kitabisa.com masih sangat minim sehingga selain mengandalkan kantong pribadi juga sangat bergantung dari donasi masyarakat dan orang-orang sekitar yang peduli terhadap upaya plestarian lingkungan. 




Share:

Sabtu, 09 Oktober 2021

Jamur Tudung Pengantin, Jamur Unik Di Taman Suluh Pambelum

www.bambofoundation.org-  Diperkirakan ada jutaan jenis jamur yang tersebar di seluruh dunia baik yang tergolong jamur mikroskopis (berukuran kecil) maupun makroskopis (berukuran relatif besar) yang umumnya dapat langsung di amati tanpa perlu alat bantu. Jamur memiliki bentuk, warna, habitat, dan cara hidup yang beragam.

Jamur Tudung Pengantin

Dalam sistem klasifikasi, jamur dibedakan dari tumbuhan karena tidak memiliki klorofil. Beberapa hal yang membedakan jamur dengan tumbuhan antara lain sebagai berikut :

  1. Tidak memiliki klorofil (zat hijau daun berguna dalam proses fotosintesis).
  2. Berkembang biak dengan spora.
  3. Komposisi dinding sel yang berbeda (dinding sel jamur umumnya tersusun atas zat kitin, sedangkan tumbuhan terdiri atas selulosa).
  4. Tidak memiliki akar, batang, cabang, dan daun.
  5. Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti tumbuhan.
Oleh karena itulah Jamur dikelompokan kedalam kerajaan (Kingdom) tersendiri yaitu Fungi. 

Di antara puluhan ribu jenis jamur yang telah diketahui, ada satu yang cukup unik dan telah tercatat pernah tumbuh di sekitar kawasan Taman Biodiversitas Suluh Pambelum, Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Jenis jamur ini dikenal dengan nama Jamur Tudung Pengantin (Phallus indusiatus). 

Keunikan Jamur Tudung Pengantin (Phallus indusiatus) terutama terletak pada bagian seperti jaring yang seolah-olah menyelimuti atau melindungi bagian "batang" jamur. Penamaan jamur ini nampaknya tidak lepas dari bentuk jaring yang dipersespikan mirip tudung pada pengantin wanita ini. Warnanya dapat berupa putih ataum krim, kuning hingga jingga seperti yang  jumpai di Taman Suluh Pambelum. 

Di beberapa daerah khususnya Kalimantan jamur ini juga diberi nama Jamur Kelambu Kuyang. Kuyang adalah semacam makhluk gaib dengan perwujudan kepala manusia yang masih lengkap dengan organ dalam seperti jantung, paru, paru, hati, lambung dan usus namun tanpa dibungkus badan atau anggota gerak badan. Karenanya dahulu jamur ini dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk didekati. 

Dilansir dari wikipedia, selain unik jamur ini ternyata memiliki kegunaan sebagai contoh di Negara Cina misalnya, jamur ini dimanfaatkan untuk memberi khasiat pada mata dan sistem kardiovaskular karena mengandung 7 asam amino esensial, 12 ion logam penting, dan tinggi vitamin E. Tidak hanya itu jamur yang termasuk kedalam divisi Basidiomycota ini juga dapat digunakan sebagai antibakteria, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, dan lain-lain. 

Klasifikasi jamur 

Kerajaan Fungi
Divisi Basidiomycota
Kelas Agaricomycetes
Ordo Phallales
Famili Phallaceae
Genus Phallus
Spesies Phallus indusiatus

Karakteristik jamur  Tudung Pengantin yang ditemukan di sekitar kawasan Taman Suluh Pambelum memiliki tinggi 14 cm dan lebar atau diameter jaring 11 cm. Warna jaring atau tudung jingga. Warna batang coklat keputihan. Mengeluarkan aroma khas seperti bau busuk yang mengundang serangga. Kondisi habitat tumbuh, ternaung dan lembab dengan perkiraan suhu sekitar 25-27 derajat celcius. 


Share:

Sabtu, 11 September 2021

Anggrek Ikonik Dendrobium hallieri Endemik Kalimantan

www.bambofoundation.org - Menghilangnya hutan karena faktor apapun adalah sebuah bencana yang sangat disesalkan. Tidak hanya akan kehilangan pertahanan utama bagi ancaman pemanasan global yang kian masif tetapi  juga sumber daya alam baik berupa flora maupun fauna yang tak ternilai harganya bagi umat manusia. 

Dendrobium hallieri

Anggrek epifit adalah salah satu harta karun umat manusia yang akan merasakan dampak langsung dari musnahnya pepohonan di hutan. Kelompok jenis ini adalah yang terbanyak dari jenis anggrek yang lain yakni anggrek tanah, dan anggrek batu. Walaupun beberapa jenis anggrek epifit juga adaptif dan mampu bertahan di tanah namun perubahan kondisi habitat yang ekstrim dan tiba-tiba seringkali menyebabkan rumpun-rumpun anggrek "terbakar" sebelum sempat menyesuaikan diri. 

Dendrobium hallieri

Ada banyak sekali jenis anggrek epifit yang ada di Indonesia, di Hutan Kalimantan (Borneo) diperkirakan jumlahnya tidak kurang dari 3000 spesies dari beragam genus yang tersebar mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dan pegunungan. Sebagian dari jenis ini cukup umum yakni dapat dijumpai hampir diseluruh pulau besar di Indonesia hingga negara lain. Namun beberapa di antaranya hidup endemik atau hanya di temukan di daerah tertentu misalnya anggrek ikonik  Dendrobium hallieri

Anggrek spesies Paling mahal

Dendrobium hallieri adalah satu dari jenis tanaman berbunga dari suku Orchidaceae. Tanaman ini tumbuh secara alami dengan menempel di kulit-kulit pohon yang berfungsi sebagai substrat. Selain cantik, anggrek langka dengan  bunga relatif besar berwarna kuning ini hanya dijumpai di pulau Kalimantan atau bersifat endemik. 

Tim observasi Bambo Foundation menemukan spesies ini saat menjelajah hutan dengan ketinggian sekitar 150-200 mdpl. Meski tetap tumbuh di daerah ternaung agaknya jenis anggrek ini lebih menyukai daerah yang sedikit lebih hangat dengan kelembaban sedang. Hal ini mengingat area habitat tanaman ini lebih banyak didominasi pepohonan dengan diameter batang kurang dari 20 cm. 

Selain bunga berwarna kekuningan dan terdapat semacam rambut berwarna oranye pada bagian lidah, anggrek ini juga memiliki ciri khas batang yang banyak ditutupi oleh semacam rambut (trikoma) berwarna hitam. Trikoma ini cenderung padat pada batang yang relatif muda namun agak berkurang ketika batang sudah menua.

Bunga anggrek Dendrobium hallieri yang sewaktu kuncup berwarna hijau  ketika  mekar dapat bertahan beberapa hari namun umumnya kurang dari seminggu. Berdasarkan pengamatan sampel koleksi yang ada di Taman Suluh Pambelum, setiap berbunga jenis ini hanya memunculkan 2-4 kuntum bunga. 

Mari jaga hutan kita, jika memang harus cukup ambil apa yang kita butuhkan dari alam. Setiap hari, luas hutan terus berkurang puluhan bahkan ratusan hektar, kita sadari atau tidak kita semakin berada di ujung krisis pepohonan. Ayo mulai sekarang kita giatkan 1 hari tanam 1 pohon, di pekarangan, di lahan-lahan tidur, di mana saja tempat yang layak dan bisa kita tanam. Semoga gerakan ini dapat memperbaiki atau setidaknya mengurangi ancaman dan dampak dari semakin menipisnya hutan kita.

Share:

Senin, 09 Agustus 2021

Berburu Durian Merah Langka Di Pedalaman Kalimantan

www.bambofoundation.org - Sudah hampir tiga tahun terakhir kami tidak melakukan perburuan bibit buah langka di Kecamatan Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah. Hal ini lantaran musim panen buah raya di daerah ini harus tertunda karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan. Padahal biasanya aneka buah mulai dari yang umum seperti jenis rambutan, manggis dan mangga-manggaan hingga yang terbilang langka seperti Kapul, Pangi, Tangkuhis dan Umbing selalu melimpah hampir setiap tahun. 

Durian Merah Langka Kalimantan

Tahun ini meski belum dapat digolongkan kedalam musim panen buah raya namun buah-buahan yang tersedia masih cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal. Tentu saja kesempatan emas ini tidak dilewatkan apalagi saat ini  awal Agustus 2021  buah-buahan dari Genus Durio juga sudah mulai matang dan berjatuhan.

Ada beberapa jenis Durio yang menjadi incaran kami, yakni jenis Durian Merah/ Lahung (Durio dulcis), Durian krakup (Durio oxleyanus) dan Durian Gundul yang pernah menghebokan dunia pada tahun 2007 lalu . Untuk varietas terakhir ini masih menjadi misteri mengapa bisa ada pohon yang jika di taksir usianya diperkirakan mungkin sudah di tanam sebelum tahun di mana Durian Gundul ditemukan pertama kali di kaki Gunung Rinjani, Lombok, NTB. 

Rasa Buah Lahung

Namun, tahun ini sepertinya satu-satunya pohon Durian Gundul yang kami ketahui gagal berbuah karena saat kami survey bunganya rontok tak bersisa. Maka kami menyasar Durian Merah/ Lahung yang juga merupakan jenis durian unik tidak hanya dari segi warna, duri tetapi juga rasanya. 

Asal Buah Lahung

Ada beberapa spot Durio dulcis yang berhasil ditemukan sedang berbuah. Namun kali ini kami mendatangi salah satu lokasi yang dikenal dengan nama Munyun yang letaknya kurang lebih sekitar 12 km dari Desa Tumbang Baraoi. Di sini hanya ada satu pohon yang berdiameter di atas 50 cm dan tinggi mungkin mencapai lebih dari 20 meter. 

Cara mengupas Durian Merah

Dari titik keberangkatan kami menggunakan sepeda motor melalui jalan desa sepanjang 6 km dan dilanjutkan menyusuri jalan perusahaan HPH. Perjalanan menggunakan sepeda motor hanya bisa sampai pada sebuah dukuh dipinggiran jalan utama, selanjutnya track berupa jalan setapak dan sesekali berlumpur harus ditempuh dengan berjalan kaki. Diperkirakan perjalanan ini setidaknya memerlukan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai tepat di bawah pohon Durian Merah. Kendati kontur tanah berupa perbukitan kecil namun pohon ini tumbuh tepat didaerah cekungan yang relatif becek dan berair. 

Hal unik mengenai buah-buahan terutama durian di daerah ini adalah siapapun berhak untuk memungut buahnya yang jatuh selama dia bersedia menunggu atau berada dilokasi. Bahkan dalam beberapa kasus sesorang yang bukan pemilik pohon pun tidak dilarang untuk mendirikan pondok disekitar pohon untuk menunggu buah-buah yang secara alami jatuh ketika sudah matang. Tentu saja walaupun demikian etikanya kita tetap harus permisi dan meminta izin kepada si empunya. 

Maka musim buah durian seperti saat ini adalah surga bagi penikmatnya. Asalkan mau sedikit berusaha mendatangi pohon-pohon durian yang sedang berbuah maka bisa makan dengan sepuasnya tanpa perlu harus membeli. Bagi yang enggan atau malas untuk menunggu dan mengumpulkan buahnya  tentu tetap dapat menikmati legitnya si Raja buah dengan mengeluarkan sedikit rupiah, karena biasanya ada beberapa anak-anak yang menjajakan buah hasil perburuan mereka. 

Tidak heran di lokasi pohon Durian merah yang kami datangi juga sudah relatif bersih dari semak-semak karena sudah didatangi entah berapa banyak orang. Setiap mereka yang datang akan berkeliling dan mencari buah-buah yang telah jatuh sebelum dia tiba termasuk kami. Namun, karena angin yang begitu tenang dan alokasi waktu yang hanya sebentar, kami hanya berhasil mengumpulkan dua buah durian merah saja. 

Setelah kurang lebih 30 menit berada dilokasi kami harus puas kembali dengan membawa pulang hanya dua buah Durian Merah di tambah bonus beberapa biji dan bibit hasil cabutan untuk disemai terlebih dahulu sebelum siap di tanam dilokasi Taman Suluh Pambelum. Semoga perburuan berikutnya kami bisa lebih puas menikmati buah yang diyakini paling manis di antara jenis durian dengan aroma khas seperti vanili ini. 


Share:

Kamis, 08 Juli 2021

Joran Tradisional Dari Pelepah Palem

www.bambofoundation.org - Joran tradisional dari Pelepah Palem barangkali masih asing bagi sebagian orang khususnya di perkotaan. Joran-joran menggunakan tanaman tertentu yang diolah sendiri dahulu banyak digunakan bagi para pecinta hobi mancing, namun seiring waktu mulai kehilangan peminatnya karena berbagai alasan. Selain lantaran kalah bersaing dengan joran-joran modern yang lebih praktis, penyebab lain joran klasik sudah tidak banyak digunakan mungkin saja karena akibat bahan yang semakin sulit didapat atau justru pengrajinnya sendiri sudah mulai langka. 

Cara membuat Joran Dari Pelepah Palem
Bahan untuk joran tradisional yang sudah umum adalah dari rumpun bambu, ada beberapa jenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat joran pancing beberapa yang mungkin cukup familiar seperti bambu cendani dan bambu petung. Beberapa di antaranya menggunakan teknik dan cara pengolahan joran khusus yang mungkin berbeda antar daerah. Di Kalimantan Selatan misalnya, bambu juga sering digunakan untuk memancing terutama jenis ikan Betok dan Gabus yang populasinya banyak terdapat di rawa-rawa gambut. Untuk jenis ikan ini, joran bambu yang digunakan berukuran relatif kecil yang mana pangkalnya hanya berdiameter sebesar jempol tangan (untuk memancing ikan betok) dan kurang lebih sebesar jempol kaki untuk memancing ikan Gabus. 

Jenis-jenis joran tradisional

Di Kalimantan Tengah khususnya di daerah hulu atau pedalaman seperti Kecamatan Petak Malai lokasi Taman Suluh Pambelum, penggunakan bambu untuk joran tradisional relatif sangat jarang. Meskipun di daerah ini banyak dijumpai bambu namun agaknya jenis yang ada tidak cocok untuk digunakan sebagai joran pancing. Namun demikian, beberapa jenis yang berdiameter kecil masih digunakan untuk keperluan joran "banjur"  yakni teknik menangkap ikan dengan cara ditinggal setelah kain diberi umpan dan dijenguk setelah beberapa saat biasanya dalam beberapa jam. 

Kendati jenis bambu yang digunakan sebagai joran sulit ditemukan, suku Dayak yang merupakan masyarakat asli daerah ini pada umumnya tetap menggunakan joran untuk memancing ikan-ikan yang berukuran relatif kecil hingga sedang. Sebagai gantinya tanaman yang digunakan untuk joran pengganti bambu adalah pelepah palem. Ada beberapa jenis palem yang dapat digunakan seperti pelepah aren, rotan, dan  pelepah pelem dari jenis Salak Hutan

Joran Tradisional dari Pelepah Palem Salak Hutan ini cukup kuat dan nyaman digunakan untuk memancing jenis-jenis ikan seperti Seluang Kalimantan (Rasbora spp), Sepat Siam (Trichopodus pectoralis), Sepat rawa ( Betok (Anabas testudineus), Sepat rawa (Trichopodus trichopterus) Bahkan ikan Gabus (Channa striata) yang berukuran sedang. 

Cara membuat Joran dari Pelepah Palem ini cukup mudah dan jenis tumbuhan ini cukup banyak tumbuh di hutan-hutan sekunder di sekitar desa. Pilih salah satu pelepah yang kokoh, biasanya sudah berwarna hijau agak kekuningan namun bukan yang telah kering. Potong dengan hati-hati karena pelepah ini memiliki banyak duri tajam. Pangkas daun dan duri-duri yang menempel. Joran ini belum siap digunakan karena masih berat dan biasanya bengkok/ melengkung. Agar ringan, maka perlu didiamkan selama beberapa hari agar kering (sebaiknya kering angin saja). Selama proses pengeringan joran dapat diluruskan. Cara meluruskan joran ini bisa dengan beragam pilihan misalnya ditindih dengan benda yang agak berat atau di gantung dengan seutas tali, posisinya pangkal di bagian atas dan pada bagian ujung joran yang menghadap kebawah diberi pemberat. 

Joran tradisional dari pelepah palem yang sudah lurus dan ringan ini sudah bisa di pasang nilon dan mata kail atau mata pancing setelah kurang lebih satu minggu. Agar awet, joran ini harus disimpan ditempat kering setelah digunakan.  Jika basah saat digunakan maka sebelum disimpan perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghindari jamur yang membuat pancing ini akan cepat rusak. Tertarik mencoba ?.

Share:

Senin, 05 Juli 2021

Serangga Lentera Kalimantan (Pyrops intricatus)

www.bambofoundation.org - Serangga Lentera adalah serangga unik lainnya yang juga dapat dijumpai di Kalimantan. Dinamai serangga lentera sebenarnya bukan lantaran serangga ini mampu menghasilkan cahaya, akan tetapi dari bentuk kepalanya yang memanjang dan terkadang menggembung pada bagian ujung atau moncongnya sehingga dahulu diduga dapat memancarkan cahaya seperti lentera. 

Serangga lentera Kalimantan


Faktanya Serangga Lentara  yang memiliki sejumlah nama lain seperti Lalat Lentera (Lantern flies) atau Lalat Lanthorn dengan nama ilmiah Pyrops intricatus merupakan kelompok serangga dari famili Fulgoridae yang tidak menghasilkan cahaya seperti halnya kunang-kunang. Famili ini banyak dijumpai di daerah tropis dan tercatat setidaknya ada 125 genus secara keseluruhan tersebar diseluruh dunia. 

Kepala memanjang yang menyerupai moncong bahkan ada yang berukuran hampir sebesar tubuhnya ini diduga berfungsi untuk membantu serangga tersebut meraih atau menembus kulit pohon yang merupakan makanannya. 

Klasifikasi Serangga Lentera Kalimantan adalah sebagai berikut :
Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Insecta
Order        : Hemiptera
Infraorder : Fulgoromorpha
Family      : Fulgoridae
Genus       : Pyrops
Species     : Pyrops intricatus

Jika beruntung, di Taman Suluh Pambelum pengunjung atau pelancong dapat menemukan serangga ini hinggap atau beristirahat di pepohonan. terkadang selain serangga lentera beberapa jenis serangga lain seperti stick insect atau serangga ranting, beragam jenis capung, bahkan kupu-kupu langka, juga bisa dijumpai disekitar areal kawasan taman.

Taman yang dibangun secara swadaya ini masih dalam proses pengembangan, dan membutuhkan banyak support atau dukungan. Salah satu bentuk dukungan yang bisa dilakukan adalah dengan berdonasi melalui link laman donasi Taman Suluh Pambelum atau dengan membagikannya kepada teman atau keluarga baik secara langsung ataupun dengan mempostingnya di laman sosial media . 

Referensi : Wikipedia
Share:

Minggu, 04 Juli 2021

Salak Hutan Buah Lokal Rimba Kalimantan

www.bambofoundation.org - Rasa buah salak hutan yang manis atau cenderung lebih asam dengan warna oranye atau merah sudah sangat familiar bagi anak-anak Suku Dayak khususnya yang masih atau pernah bermukim di pinggiran hutan. Kendati umumnya tumbuh liar diantara rimbunnya pepohonan dan semak belukar, namun tanaman ini mudah dikenali karena memiliki karakteristik yang khas. 

Buah Salak Hutan

Salak Hutan dibeberapa daerah dikenal dengan nama lain kelubi, salak merah atau asam paya. Adalah sejenis tanaman yang menghasilkan buah serupa salak dengan kulit buah bersisik dan daging buah berwarna putih. Dibandingkan jenis buah salak pada umumnya, salak hutan memiliki buah yang realtif lebih kecut dan warna kulit buah yang lebih mencolok yakni berwarna merah. 

Salak hutan

Pengalaman penulis selama berburu salak hutan jarang menemukan jumlah buah lebih dari 10 dalam satu tandan. Hal ini mungkin karena di habitat aslinya salak yang merupakan tanaman berumah dua (dioceous) yang berarti bahwa dalam satu individu terdapat bunga jantan atau bunga betina saja hanya mengandalkan serangga dalam upaya penyerbukannya, sebab peran angin mungkin kurang begitu signifikan lantaran kondisi hutan dengan semak belukar dan tegakan yang rapat. 

Salak hutan termasuk kelompok tanaman palem-paleman (Areaceaeae), seperti halnya Pinang, Kelapa, Sawit, Aren, Rumbia dan Nypah. Namun berbeda dengan beberapa jenis tanaman tersebut yang relatif lebih aman untuk di panen, pelepah-pelepah daun salak memiliki duri tajam dan relatif kokoh sehingga perlu ekstra hati-hati saat mencoba memanen atau memetik buahnya. Duri-duri ini dapat mencapai panjang hingga lebih dari 5 cm dan dapat dengan mudah menembus sendal jepit atau celana jeans apalagi kulit manusia.

Saat ini belum diketahui adanya upaya budidaya salak hutan secara konkrit atau besar-besaran. Meski warna kulit buahnya menarik, namun rasanya yang cenderung lebih asam mungkin menjadi alasan kurangnya minat para petani atau pengusaha perkebunan memilih tanaman ini untuk dijadikan komoditi. Padahal saat ini salak hutan sudah mulai diusahakan untuk olahan asinan dan manisan. 

Ketergantungan terhadap alam khususnya hutan juga sangat berisiko terhadap salak hutan itu sendiri mengingat kondisi hutan cenderung tidak stabil dan mudah mengalami alih fungsi dan terdegredasi akibat berbagai aktivitas manusia. Sadar akan hal ini, Yayasan Baraoi Mutiara Borneo melalui program Peduli Jantung Borneo mendirikan Taman Suluh Pambelum yang menjadi pusat pelestarian berbagai jenis tumbuhan buah lokal di luar kawasan konservasi yang mana salah satu koleksinya adalah Salak Hutan ini. 

Share:

Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Yayasan Baraoi Mutiara Borneo (Bambo Foundation) | NGO Bidang Pendidikan, Sosial dan Lingkungan | Desa Tumbang Baraoi, Petak Malai, Katingan Kalimantan Tengah- Indonesia 74459